Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Minta Pendidik Lakukan Inovasi Pembelajaran Masuki Normal Baru

Kompas.com - 25/06/2020, 20:21 WIB
Irfan Kamil,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dampak ditimbulkan pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) sangat luas dan bersifat multi dimensi, termasuk di bidang pendidikan keagamaan.

Untuk itu, lembaga yang bertanggung jawab di bidang pendidikan ini perlu berinovasi dalam mencari metode pembelajaran lebih efektif, terutama memasuki tatanan normal baru (new normal).

“Kita mengajak pengelola pesantren, guru, orang tua, santri dan calon santri, para pakar pendidikan dan perlindungan anak agar diperoleh solusi terbaik untuk pendidikan anak," ujar Wakil Presiden RI (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin.

Hal ini disampaikan Wapres saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Nasional Virtual (24/06/2020) yang mengangkat tema “Madrasah Diniyah Takmiliyah: Hambatan dan Harapan Menghadapi New Normal”.

Wapres melanjutkan, "misalnya dengan inovasi bentuk pembelajaran kelompok-kelompok kecil dan penyesuaian kurikulum dengan format pembelajaran jarak jauh. Hal ini perlu dilakukan karena adanya perbedaan karakter antara belajar tatap muka dengan belajar jarak jauh." 

Baca juga: Wapres Ingatkan Pendidikan Berbasis Agama Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Inovasi pembelajaran

Wapres menyampaikan inovasi perlu dilakukan karena ilmu agama tidak bisa hanya didekati semata dengan cara mengalihkan pengetahuan ke peserta didik (transfer of knowledge) tetapi juga perlu ditekankan pada internalisasi dan penanaman nilai kepada peserta didik.

“Ilmu agama yang berupa pengetahuan dapat dicarikan solusinya dengan belajar di rumah melalui internet," kata Wapres.

Ia melanjutkan, "namun hal itu tidak bisa menjadi solusi untuk internalisasi dan penanaman nilai keagamaan, karena memerlukan tatap muka langsung (muwajahah/mushafahah) dan keteladanan (uswah hasanah) dari pembimbing rohani (mursyid/murabbi).”

Wapres menekankan pentingnya melindungi dan menjamin hak para peserta didik. Hal ini dikarenakan jumlah peserta didik Madrasah Diniyah Takmiliyah sangat besar.

Yakni sebanyak 6.369.382 orang santri dari 86.390 lembaga di seluruh Indonesia, dengan tenaga pendidik berjumlah 451.823 orang. Untuk itu, diperlukan perhatian yang serius dari seluruh pihak terkait.

“Besarnya jumlah tersebut menuntut perhatian kita semua dalam menjamin dan melindungi hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal serta berupaya mematuhi protokol kesehatan di masa new normal ini agar terhindar penularan virus Covid-19,” kata Wapres.

Baca juga: Panduan Lengkap Pembelajaran Pesantren dan Pendidikan Keagamaan di Masa Pandemi

Tantangan normal baru

Wapres juga mengatakan penerapan tantanan normal baru memiliki tantangan tersendiri bagi pesantren dan sekolah keagamaan berbasis asrama.

Mengingat saat ini masih banyak pesantren yang memiliki sarana dan prasarana yang sangat minim, serta belum ada standar baku perbandingan jumlah santri dan luas kamar tidur, sehingga sangat sulit untuk menerapkan physical distancing.

“Pembukaan kegiatan sekolah/madrasah dan perlindungan kesehatan menjadi dilema yang sangat sulit bagi pemerintah. Hasil studi di beberapa negara menunjukkan bahwa gangguan pada pendidikan dapat menyebabkan dampak jangka panjang terutama bagi kelompok rentan," ungkap Wapres Ma’ruf Amin.

Ia melanjutkan, "bagi kelompok ini, pendidikan tidak hanya memberikan keamanan dan perlindungan tetapi yang lebih penting adalah juga harapan untuk masa depan.” 

Baca juga: Dukung Kebijakan Mendikbud untuk Madrasah, Kebijakan Pesantren Diumumkan Kemudian

Ketidaksetaraan akses

Di sisi lain, Wapres mengatakan bahwa selama ini belajar di rumah masih menimbulkan persoalan ketidaksetaraan di mana banyak rumah tangga yang tidak dapat memiliki akses terhadap internet.

“Untuk itu, perlu disiapkan bagaimana belajar di rumah dapat tetap efektif dan anak dapat terlayani pendidikannya dengan menyesuaikan kondisi anak, ketersediaan koneksi internet, infrastruktur, dan fasilitas untuk belajar berbasis daring, terutama di wilayah yang akses internet sangat terbatas," kata Wapres.

Wapres melanjutkan, "dalam hal ini, pemerintah sedang menyiapkan kebijakan dan langkah untuk memberikan fasilitas yang diperlukan guna mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh,” papar Wapres Ma’ruf Amin.

Ia berharap kepada seluruh peserta seminar nasional untuk secara bijak bersama memikirkan upaya perlindungan terbaik bagi anak-anak sekolah atau madrasah sebagai generasi penerus bangsa dengan tetap melindungi mereka dari pandemi Covid-19.

“Bagaimana Saudara-saudara mencari inovasi cara belajar mengajar yang dapat menjawab berbagai tantangan dan dilema seperti saya sebutkan di atas. Inisiatif dan kreatifitas para pendidik akan sangat membantu pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan yang tepat,” tutup Ma’ruf Amin.

Baca juga: Kemenag Bahas SKB Protokol Kesehatan Lembaga Pendidikan dan Pesantren

Miliki keterbatasan

Sebelumnya Ketua Umum FKDT Lukman Hakim menyampaikan bahwa saat ini Madrasah Diniyah Takmiliyah yang berjumlah lebih dari 82 ribu masih mengalami kendala di antaranya sarana dan prasarana yang belum memadai, kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan yang belum terpenuhi, keterbatasan pendanaan, serta terbatasnya kepedulian semua pihak.

Namun, keterbatasan tersebut tidak menyurutkan langkah Madrasah Diniyah Takmiliyah untuk terus menjadi penebar dan memajukan pendidikan Islam di Indonesia.

“Sehingga dengan kondisi tersebut, peran dan dukungan pemerintah baik pusat dan daerah sangat berarti untuk pengembangan Madrasah Diniyah Takmiliyah,” tutur Lukman.

Seminar yang dipandu oleh Ketua DPP FKDT Suwendi ini menghadirkan tiga pembicara utama yakni Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya),

Selain itu juga di hadiri oleh perwakilan dari Kementerian Kesehatan Fidiansjah, dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com