Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar UB: Sinar UV Mampu Bersihkan Udara dari Covid-19

Kompas.com - 12/06/2020, 17:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Negara Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memiliki banyak keuntungan. Salah satunya mendapat limpahan sinar ultraviolet (UV).

Hasil laporan penelitian Tim Universitas Brawijaya (UB) dan BMKG menunjukkan bahwa di wilayah dengan indeks UV dari matahari yang tinggi dan tidak ada pencemaran udara masif, jumlah orang terinfeksi corona jauh lebih sedikit.

Menurut Guru Besar Biologi Sel dan Molekuler Universitas Brawijaya (UB) Prof Drs Sutiman Bambang Sumitro, sinar UV memiliki frekuensi gelombang tinggi yang dapat merusak materi RNA dan protein virus.

Baca juga: Akademisi UB: Industri Pariwisata Kampanye Ini Dulu Sebelum Beroperasi

Karena itu, sinar UV mampu menginaktifkan virus di udara bahkan yang menempel di benda-benda padat.

"Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa sinar ultraviolet dari matahari mampu membersihkan corona yang ada di udara," kata Prof. Sutiman seperti dikutip dari laman UB, Jumat (12/6/2020).

Untuk itulah Indonesia yang berada di Khatulistiwa sangat diuntungkan karena mendapat limpahan sinar UV dibandingkan negara subtropis.

"Di wilayah subtropis seperti New York, Milan, Spanyol yang indeks UV-nya rendah dan pencemaran udaranya tinggi, menyebabkan orang tertular melalui media udara (airborne), sehingga jumlah penderita Covid-19 sangat banyak," terangnya.

Indeks UV tinggi pada siang hari

Dijelaskan, indeks UV yang tinggi umumnya didapatkan pada siang hari. Dengan demikian di luar rumah pada siang hari membuat udara lebih bersih dari virus corona.

UV tinggi kurang baik bagi orang subtropis berkulit putih ketika mendapat sinar UV tinggi. Namun sebaliknya, bagi masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa dengan UV tinggi tidak masalah.

"Meskipun demikian, bagi penduduk yang jarang ada di luar ruangan, kulit manusia juga bisa terbakar jika terlalu lama di bawah sinar UV misalnya di pantai atau di gunung tinggi," katanya.

Kemampuan sebagai disinfektan dari sinar UV ini dimanfaatkan untuk sterilisasi angkutan umum seperti bus dan kereta api.

Bahkan UV dipakai untuk sterilisasi atau membunuh kuman di ruang operasi di rumah sakit. Menurut dia, sebenarnya tidak perlu melakukan penyemprotan cairan disinfektan pada siang hari.

Harus didukung pola hidup sehat

Akan tetapi keuntungan mendapatkan limpahan sinar UV harus didukung dengan pola hidup sehat sesuai anjuran pemerintah, yakni menjaga jarak dan memakai masker. Sebab, keberadaan sinar UV akan sia-sia jika tidak didukung pola hidup sehat.

Jadi meski mendapatkan sinar UV banyak tapi bila masih banyak warga berkerumun di tempat-tempat umum, maka kasus baru yang muncul juga masih akan ada.

"Kita harus mensyukuri berkah limpahan sinar UV matahari ini dengan melakukan pola hidup sehat sesuai anjuran pemerintah," katanya.

"Lebih dari itu, kita harus menumbuhkan empati agar tidak menjadi penular, karena ada orang-orang dengan kondisi tertentu rentan untuk menderita keparahan ketika terinfeksi Covid-19," imbuh Sutiman.

Penularan dari orang ke orang

Sementara itu salah satu peneliti yang juga bekerja sama dengan Prof Sutiman, Dr. Novanto Yudistira dari Lab. Sistem Cerdas FILKOM menjelaskan, penelitian ini menggunakan teknik analisis big data dan machine learning yang dilatih dengan data yang dikumpulkan dari seluruh stasiun pengamat cuaca di dunia serta beberapa satelit.

  • Big data yaitu menganalisa data yg besar dari berbagai sumber di internet yang berubah setiap harinya.
  • Sedangkan machine learning yaitu memprediksi perkembangan pandemi dengan big data dengan algoritma yang sudah dilatih oleh komputer.

Baca juga: Gunakan Sinar UV, Bilik Disinfeksi Karya FT-UI Matikan Virus 10 Detik

Informasi lain dari hasil penelitian ini, di Indonesia dan wilayah tropis lainnya kemungkinan besar penularan terbanyak diperkirakan bukan dari udara, namun lebih banyak dari kontak orang ke orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com