Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Internet Offline, Menjangkau yang Tak Terjangkau

Satelit ini digadang-gadang dapat meratakan akses internet di berbagai titik kosong (blank spot) pada area tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta akan memfasilitasi layanan internet di 50.000 titik fasilitas publik dengan kecepatan 4 Mbps.

Hal ini tentu saja akan lebih mempermudah konektivitas digital di seluruh wilayah Indonesia.

Projek SATRIA-1 ini menjadi kabar menggembirakan setelah projek sebelumnya, yaitu pengadaan Backbone Palapa Ring berbasis teknologi fiber optic, dan pengadaan 5.000 Based Tranciever Station (BTS) 4G oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo (BAKTI) “kurang sukses” karena para partisipannya tersandung kasus korupsi.

Kemkominfo merilis data, masih terdapat 12.548 (13 persen) dari 83.218 desa dan kelurahan yang belum tersentuh Internet 4G.

Selain itu, teridentifikasi 150.000 titik dari 500.000 lebih titik pusat layanan publik yang belum memiliki akses internet secara memadai.

Sementara, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan pengguna internet di Indonesia mencapai 210 juta jiwa atau 77,02 persen dari jumlah penduduk, dan sekitar 23 persen belum atau sama sekali dapat akses internet untuk berbagai tujuan.

Kondisi ini tentu saja mengakibatkan sebagian masyarakat Indonesia mengalami keterbelakangan tidak hanya dalam akses terhadap ilmu pengetahuan, namun juga tingkat literasi digital mereka.

Data INDEF menyebut tingkat literasi digital di Indonesia hanya sebesar 62 persen. Jumlah tersebut paling rendah jika dibandingkan negara di ASEAN lainnya yang rata-rata mencapai 70 persen.

Kesenjangan akses internet ini akan mengakibatkan disparitas yang luas di antara pembelajar di Indonesia. Ketiadaan dan keterbatasan akses terhadap Internet juga akan berakibat pada ketiadaan dan terbatasnya akses pengembangan kapasitas seseorang yang berakibat pada keterbelakangan dan kemiskinan.

Dalam kondisi seperti ini, solusi cerdas dan praktis sangat diperlukan agar masyarakat yang berada di blank spot areas juga dapat menikmati akses Internet secara lebih mudah dan murah, bahkan gratis.

Hal ini penting karena internet ke depan tidak hanya menjadi di keistimewaan bagi masyarakat golongan menengah ke atas, namun yang lebih penting adalah menyediakan akses Internet bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, sehingga mereka dapat berkompetisi dengan lebih baik dan memiliki tingkat literasi digital yang memadai.

Internet Offline

Dalam konteks ini, pengembangan jaringan infrastruktur Internet Offline menggunakan jaringan seluler (local cellular network) dengan kapasitas low bandwidth menjadi sangat penting dan krusial diikhtiarkan.

Secara konseptual, Internet Offline adalah meng-copy informasi/pengetahuan yang ada di Internet ke server lokal, sehingga masyarakat di daerah tersebut dapat mengakses pengetahuan/informasi secara lokal tanpa perlu akses internet sama sekali.

Dengan teknologi ini, jaringan Internet Offline mampu memberikan titik akses bagi masyarakat di berbagai titik kosong (blank spot) di Indonesia, sehingga mereka juga dapat mengakses sumber-sumber informasi/pengetahuan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Karena sifatnya lokal, akses tetap dapat dilakukan tanpa bergantung pada jaringan Internet Online. Selain itu, teknologi Internet Offline ini juga dapat meningkatkan literasi digital bagi mereka yang tidak beruntung mendapatkan akses ilmu pengetahuan secara mudah.

Seluruh layanan informasi/pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat diletakkan di server-server lokal (sekolah, kantor, dll.). Melalui server lokal ini pula dapat dibangun layanan seperti sistem pembelajaran elearning, video conference, media center, dll.

Komputer mini seperti Raspberry Pi dapat menjadi alternatif penggunaan perangkat yang murah dalam implementasi infrastruktur jaringan internet offline.

Dari sisi teknologi, ada cukup banyak teknologi yang dapat digunakan untuk membuat konten Internet menjadi offline. Beberapa di antaranya adalah:

Pertama, Solar Powered Educational Learning Library (SolarSpell): Inisiatif pendidikan global oleh Arizona State University yang menggabungkan perpustakaan digital yang dikurasi dan didukung oleh Raspberry Pi, teknologi offline bertenaga surya, dan pelatihan untuk membangun literasi informasi dan keterampilan siap berinternet.

Kedua, Kiwix: Aplikasi gratis yang memungkinkan kita untuk mencari dan membaca Wikipedia tanpa sambungan Internet. Tersedia untuk Android, iOS, Windows, MacOS dan Linux.

Pengembangan jaringan Internet Offline melalui perjalanan panjang. Diawali program M. Nuh yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional yang meniadakan pelajaran TIK dari kurikulum sekolah melalui Kurikulum 2013.

Salah satunya karena banyak sekolah terutama yang di daerah tidak memiliki unit komputer dan aliran listrik. Hal ini berakibat banyak guru-guru TIK menjadi ter-PHK atau harus mengajar pelajaran yang bukan bidangnya.

Akhir 2018, Mendiknas Bapak Muhajir mengeluarkan Permendiknas 37/2018 memasukkan kembali pelajaran komputer ke kurikulum sekolah.

Menindaklanjuti tantangan tentang kondisi sekolah yang tidak memiliki unit komputer, terbatasnya jaringan listrik, serta terbatasnya sinyal telekomunikasi, maka solusi yang diambil tertuju pada RaspberryPi3 yang murah, dapat dijadikan server, dapat dioperasikan menggunakan charger smartphone, bahkan menggunakan power bank dari handphone.

Pemikiran tersebut dikembangkan pertama kali oleh Onno W. Purbo, dan dituangkan dalam coretan di atas kertas dan diunggah ke Wiki tertanggal 18 Oktober 2018 (dimodifikasi 26 November 2021).

Secara lengkap konsep Internet Offline untuk sekolah dipresentasikan Ono melalui kanal YouTube Onno Center.

Program KIPIN-School & UT-Akses

Di Indonesia, belum banyak instansi berpengalaman mengembangkan infrastruktur Internet Offline. Di antaranya adalah Pendidikan.id yang dirilis pada Januari 2014 oleh PT. Mahoni Edukasi Digital.

Pendidikan.id merupakan platform yang mengembangkan produk dan layanan di bidang teknologi pendidikan.

Melalui moto 'learning and studying in digital way', Pendidikan.id mengembangkan program KIPIN-School (Kios Pintar School) yang menyediakan berbagai sumber dan aplikasi studi offline untuk mendukung digitalisasi sekolah di seluruh Indonesia.

KIPIN-School merupakan solusi digital-offline untuk seluruh sekolah di Indonesia, inovasi smart IoT (Internet of Things) berupa titik akses dengan kesatuan sistem asesmen, konten pelajaran lengkap dan sebagai perpustakaan digital internal sekolah untuk Hybrid Model pembelajaran tanpa hambatan internet.

KIPIN-School dikembangkan selama lebih dari delapan tahun riset, menyediakan puluhan ribu konten pembelajaran (4000+ buku, 2000 video, 50.000 latihan soal, 450+ bacaan literasi), Software Asesmen Modern (yang support AKM), dan Perpustakaan Digital untuk siswa tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK.

Selain itu, KIPIN-School juga menyediakan hardware dan aplikasi native mobile (Android, iOS, Windows10) untuk dapat terintegrasi menjadi satu kesatuan yang mendukung pembelajaran di sekolah untuk guru dan siswa dalam menyongsong sekolah menuju digital.

Pada jenjang Perguruan Tinggi, lembaga yang intensif mengembangkan teknologi ini adalah Universitas Terbuka melalui program “UT-Akses”.

Program ini merupakan pilot project yang tujuan utamanya untuk meningkatkan kesetaraan dan akses pada masyarakat di blank spot areas, melalui penyediaan jaringan akses dan koneksi broadband dengan jaringan wireless lokal berkecepatan tinggi.

Program dikembangkan dalam kurun waktu tiga tahun (2021—2023) melalui dana dari Erasmus+ Programme of the European Union, melalui Better Universities and Knowledge for All Project (BUKA-Project).

Di Kawasan ASEAN, BUKA-Project baru dikembangkan di tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Di Indonesia, yang dipercaya untuk mengembangkan projek ini adalah Universitas Terbuka (UT), yang sejak awal memang didesain dan dikembangkan sebagai perguruan tinggi jarak jauh.

Jaringan selular yang digunakan UT-AKSES bersifat jaringan tertutup (Offline Cellular Network) dengan server yang juga tertutup (Internet Offline Server).

Jaringan ini bersifat one traffic communication, di mana server hanya digunakan untuk menyimpan data-data pembelajaran.

Penyimpanan data dilakukan oleh admin, sedangkan pengguna hanya bisa mengunduh data yang tersedia di server.

Saat ini, perangkat UT-Akses telah terpasang di lima titik lokasi di wilayah Jawa Barat, yaitu di SDN Cikopomayak 03 Jasingha, PAUD Pelita Ilmu, Balai Desa Kaloran Wonoboyo Kledung, Kampung Balimbing Lebak Banten, dan Cigombong Sukabumi.

Tahun 2023, fasilitas UT-Akses juga akan diperluas pemasangannya di luar Jawa.

Konten pembelajaran dikembangkan menggunakan paduan antara desain pembelajaran inklusif (Inclusive Instructional Design/ID) dan Analitik Pembelajaran (Learning Analitic/LA).

Teknologi ini lazim digunakan dan dikembangkan pada modus pembelajaran online dan campuran (blended learning) dalam konteks pembelajaran terbuka dan jarak jauh (Open and Distance Learning/ODL).

https://www.kompas.com/edu/read/2023/11/28/140036871/internet-offline-menjangkau-yang-tak-terjangkau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke