Haris juga mengidentifikasikan, sikap FOMO atau fear of missing out menjadi salah satu penanda seseorang cenderung mudah terpancing hoaks. Sebab, orang dengan gejala FOMO akan cemas dan takut jika ketinggalan informasi.
Ia menuturkan, rasa tidak ingin tertinggal itu bahkan dapat mengalahkan logika, sehingga tidak sempat mengecek kebenaran informasi.
Begitu ada informasi terbaru, orang dengan gejala FOMO juga memiliki dorongan untuk menjadi yang pertama kali menyebarkan.
"Takut ketinggalan berita, takut ketinggalan zaman. Ia mau menjadi orang yang pertama membagi berita itu," ungkapnya.
Alasan serupa juga menggiring pada karakteristik selanjutnya, yakni senang mencari perhatian. Lalu, ada pula karakteristik yang dipengaruhi bias kognitif.
Bias kognitif merupakan kondisi di mana informasi yang diserap dipengaruhi oleh alam bawah sadar.
Ketika kesadaran seseorang tidak mampu menyaring informasi yang diterima, maka alam bawah sadarnya akan memproses atau menafsirkan informasi yang diterima tanpa rasionalitas dan keakuratan.
Delapan karakteristik di atas merupakan kecenderungan orang-orang yang mudah terprovokasi hoaks.
Maka, penting untuk memberi kesadaran kepada masyarakat, baik melalui literasi digital dan pemerataan akses informasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.