Kamala menjelaskan, pemikiran sang ayah tidak lepas dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh Mangunarso dalam keluarganya.
Berbeda dengan keluarga priayi pada umumnya yang membagi-bagikan harta ketika kepala keluarga meninggal, keluarga Mangunarso memilih untuk memelihara bersama rumah dan warisan mereka.
Dalam film dokumenter, Kamala menjelaskan bahwa kediaman Mangunarso dan segala warisannya hanyalah wadah semata. Sementara, nilai-nilai kehidupan yang dipegang oleh trah Mangunarsan menjadi fondasi utamanya.
"Di rumah itu ada doa untuk anak-anaknya, supaya berjiwa satria, supaya punya watak perwira, supaya mengabdi kepada masyarakat. Ini adalah nilai-nilainya," pungkas Kamala.
Berjarak dengan kekuasaan
Meski terlibat dalam kemerdekaan Indonesia, hingga menjabat beberapa posisi di pemerintahan, Koko memiliki sekat khusus untuk berjarak dengan kekuasaan.
Meski sempat bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia, Koko dipandang sebagai intelektual independen.
"Karena dia sangat egaliter dan otonom juga, meski dia seorang sosialis, tetapi dia jelas bahwa dia memandang humanisme dengan sangat tinggi. Namun di Indonesia, dia berjarak, tidak masuk politik praktis," ungkap Kuncoro.
Belakangan, Indonesia menjadi sorotan karena sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak, tetapi menolak pembahasan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Muslim Uighur Xinjiang, China dalam sidang Dewan HAM PBB, Oktober 2022.
Direktur Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan Kemenlu RI, Achsanul Habib mengatakan, keputusan untuk abstain dalam pembahasan tersebut karena tidak ingin dipolitisasi oleh negara yang berkepentingan.
"Mengapa kita posisi no (tidak/menolak) adalah karena kita tidak ingin adanya politisasi Dewan HAM yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang terkait, misalnya dengan rivalitas politik," kata Habib seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (7/10/2022).
Kuncoro memandang, sikap yang diambil semacam itu mencerminkan bagaimana pemikiran Koko soal kebebasan dan kemanusiaan belum diterapkan secara maksimal.
Padahal dalam perannya di PBB dan isu-isu global, Koko sangat lantang berbicara soal kemanusiaan, kemerdekaan, perdamaian, serta penyelesaian konflik global.
"Secara umum, dia juga membahas soal humanisme, yang pasti juga berkaitan dengan posisi Indonesia dalam lingkup dunia," terang Kuncoro.
"Pemikiran Soedjatmoko saat dia menjadi rektor Universitas PBB, bahkan saat menjadi duta besar di New York, Amerika, juga selalu berbicara soal HAM dan humanisme secara universal," tutur dia.
Menurut Kuncoro, jarak dengan kekuasaan dalam konteks di Indonesia, membuat Koko kurang memiliki pengaruh secara politik, meski pemikirannya sangat bernas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.