Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

Kompas.com - 25/04/2024, 18:34 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

klarifikasi

klarifikasi!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

KOMPAS.com - Letusan Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara, pada Selasa, 16 April 2024 malam, turut melepaskan embusan gas Sulfur Dioksida atau SO2.

Pascaletusan, beredar video yang menarasikan bahaya sebaran SO2 di Pulau Jawa. Masyarakat diimbau untuk memakai masker dan mengurangi aktivitas di luar rumah, terutama anak-anak.

Namun, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu keliru dan perlu diluruskan.

Narasi yang beredar

Video soal sebaran SO2 di Pulau Jawa ditemukan di akun Facebook ini, ini, dan ini. Video tersebut merupakan rekaman dari situs prakiraan cuaca Windy.

Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Sabtu (20/4/2024):

Di Informasikan
S02 Penyebaran khusus Untuk pulau Jawa, gunakan masker kurangi aktifitas berlebihan , terutama untuk anak2 balita dan lansia
monggo sdulur di ingetno

Tangkapan layar konten dengan konteks keliru di sebuah akun Facebook, Sabtu (20/4/2024), soal imbauan memakai masker atau mengurangi aktivitas di luar rumah akibat konsentrasi SO2 di Pulau Jawa.
akun Facebook Tangkapan layar konten dengan konteks keliru di sebuah akun Facebook, Sabtu (20/4/2024), soal imbauan memakai masker atau mengurangi aktivitas di luar rumah akibat konsentrasi SO2 di Pulau Jawa.

Penelusuran Kompas.com

Situs prakiraan cuaca Windy memang memiliki fitur untuk melihat kualitas udara di suatu wilayah, termasuk sebaran SO2.

Setiap erupsi gunung api pasti akan mengeluarkan gas-gas vulkanik, termasuk SO2, dalam konsentrasi yang bervariasi, tergantung kondisi magma di bawah permukaan dan intensitas erupsinya.

Penyelidik Bumi Madya Badan Geologi Sofyan Primulyana menjelaskan, biasanya SO2 dari erupsi suatu gunung api akan diencerkan oleh udara atmosfer.

Sebagian terabsorbsi oleh abu, sebagian lagi bercampur dengan uap air di atmosfer membentuk droplet atau tetes air yang bersifat asam.

"Sebagian lagi kalau menembus lapisan yang lebih jauh lagi menurut para ahli klimatologi yang saya baca dapat menimbulkan efek rumah kaca," jelas Sofyan, dikutip dari Kompas.com, Minggu (21/4/2024).

Gas ini juga mengurangi jarak pandang karena mampu menyerap cahaya dan menimbulkan kabut.

Berdasarkan data dari citra satelit TROPOMI, berikut konsentrasi SO2 di sekitar Gunung Ruang:

  • 17 April 2024 pukul 13.15 WITA terpantau nilai SO2 sebesar 3.000 ton dari kolom asap yang memanjang lebih dari 450 km.
  • 18 April 2024 pukul 14.30 WITA terpantau nilai SO2 sebesar 300.000 ton dari kolom asap yang memanjang lebih dari 1.000 km.
  • 19 April 2024 nilai SO2 di sekitar Gunung Ruang terdeteksi menurun menjadi sekitar 190.000 ton.

Konsentrasi SO2 tertinggi terjadi pada 18 April 2024 setelah erupsi terus menerus pada malam sebelumnya.

SO2 dapat berdampak buruk pada tanaman dan manusia, terutama bagi penderita asma, anak-anak, dan lansia.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Sejarah dan Fakta
Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Data dan Fakta
[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Saldi Isra Mundur dari Jabatan Hakim MK

[HOAKS] Saldi Isra Mundur dari Jabatan Hakim MK

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Disinformasi Bernada Satire soal Kematian Elon Musk

INFOGRAFIK: Disinformasi Bernada Satire soal Kematian Elon Musk

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Cairan Batang Pisang Berkhasiat Hancurkan Batu Ginjal

[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Cairan Batang Pisang Berkhasiat Hancurkan Batu Ginjal

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Uang Pembayaran Tol Masuk ke Rekening Pengusaha China

[VIDEO] Beredar Hoaks Uang Pembayaran Tol Masuk ke Rekening Pengusaha China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com