KOMPAS.com - Selama Perang Dingin yang terjadi, setelah Perang Dunia II, terjadi kompetisi jelajah luar angkasa antara Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS), dari tahun 1957 sampai 1969 yang dikenal sebagai space race.
Persaingan eksplorasi luar angkasa untuk mengembangkan senjata itu justru berhasil mengantarkan manusia mengakses lebih jauh pengetahuan antariksa.
Dilansir dari History.com, misi Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins dengan wahana antariksa Apollo 11 menginjak bulan pada 20 Juli 1969, menjadi keunggulan AS dalam kompetisi ini.
Namun, Uni Soviet beberapa kali membuat AS resah dengan pencapaiannya, di antaranya peluncuran wahana antariksa Sputnik 1, Luna 2, dan Luna 9.
Baca juga: Jelajah Luar Angkasa Sejak 1977, Ini Fakta-fakta Menarik Wahana Antariksa Voyager 1
Sputnik 1 adalah satelit buatan yang tembus ke luar angkasa pada 1957.
Sedangkan, Luna 2 merupakan wahana antariksa pertama yang sampai di bulan pada 1959, dan Luna 9 yang mendarat mulus pada 1966.
Saat peluncurannya ke luar angkasa untuk mengelilingi bumi pada 4 Oktober 1957, Sputnik 1 langsung membuat AS geger.
Selain kaget adanya pencapaian baru, mereka juga khawatir Uni Soviet akan memanfatkannya untuk meningkatkan persenjataan yang bisa ditembakkan dari luar angkasa.
Pejabat AS pun merasa mendapatkan teguran keras, setelah mereka mengeklaim lebih unggul dalam bidang teknologi dan keilmuan, tetapi tersalip Uni Soviet.
Baca juga: NASA Siapkan Artemis I untuk Misi Eksplorasi Bulan, Ini Bedanya dengan Apollo
Percepatan proyek luar angkasa pun dilakukan AS dan empat bulan kemudian satelit pertama mereka yang bernama Explorer meluncur ke ruang orbit bumi.
Di sisi lain, Uni Soviet memanfaatkan kondisi itu untuk menyebarkan propaganda pada sejumlah negara untuk masuk ke poros komunis mereka.
Janji untuk memberikan bantuan teknologi dan jenis bantuan lain, menjadi tawaran andalan mereka agar semakin banyak negara masuk Blok Timur yang didominasi Uni Soviet.