Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerilya Presiden AS Woodrow Wilson di Dalam Negeri demi Terbentuknya PBB...

Kompas.com - 03/09/2022, 19:43 WIB
Ahmad Suudi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Gagasan persatuan antara berbagai bangsa di muka bumi dimulai saat Piagam Atlantik dibahas Presiden Amerika Serikat (AS) Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill (1874-1965) pada 9-12 Agustus 1941.

Piagam yang mendorong masing-masing negaranya menghormati kemerdekaan lain, menolak penjajahan, dan mengehntikan invasi itu akhirnya menjadi dasar pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dilansir dari History.com, Presiden ke-28 AS Woodrow Wilson (1856-1924) merupakan orang yang aktif mempromosikan PBB pada negara-negara lain.

Wilson mendesak pimpinan Perancis, Inggris dan Italia untuk membuat kovenan membentuk PBB, demi menyelesaikan konflik antar negara hingga tak sampai menjadi perang.

Baca juga: Piagam Atlantik, Disahkan secara Rahasia hingga Jadi Landasan Berdirinya PBB

Hal itu dia sampaikan dalam acara Konferensi Perdamaian Paris yang digelar pada Januari 1919 untuk mengakhiri Perang Dunia I (1914-1918).

Wilson berharap akan adanya sebuah badan internasional yang membantu menyelesaikan konflik internasional dan mencegah terjadinya perang berdarah.

Analisisnya terhadap Perang Dunia I menghasilkan kesimpulan bahwa keamanan nasional AS memiliki kaitan erat dengan stabilitas internasional. Maka bagi AS, stabilitas internasional penting untuk dibangun.

Tur dalam negeri promosikan PBB

Wilson melanjutkan langkahnya di dalam negeri dengan menyampaikan niatnya itu pada Kongres AS. Gagasannya tentang pembentukan PBB ditolak keras mayoritas Partai Republik di Kongres.

Penolakan itu mereka berikan dengan alasan terdapat potensi besar munculnya ketidakjelasan perjanjian dan celah hukum yang mengganggu kedaulatan nasional AS.

Tidak bersedia mundur dengan idenya, Wilson berupaya mencari dukungan dari rakyat untuk mewujudkan asosiasi negara-negara yang akan aktif secara internasional itu.

Dia memulai sebuah tur khusus ke berbagai wilayah pada 3 September 1919, yang juga bertujuan untuk mengajak siapa pun untuk mendukung gagasan badan internasional itu.

Baca juga: Sejarah Hari Populasi Dunia dan Cara PBB Menyikapi Ledakan Jumlah Penduduk...

Tur itu memiliki jadwal yang padat, mencakup delapan ribu mill perjalanan dalam 22 hari, yang akhirnya membuat Wilson kelelahan secara mental dan fisik.

Gejala yang dia rasakan adalah keluhan sakit kepala yang sering muncul, dan pada akhir September dia pingsan karena kelelahan di Kota Pueblo, negara bagian Colorado.

Dalam kondisi kesehatan yang buruk, dia berhasil kembali ke ibu kota AS, Washington, namun menderita stroke yang hampir berakibat fatal pada awal Oktober.

Dia sempat bangkit dan terus aktif mengampanyekan pendirian PBB.

Selain stroke, terpilihnya Warren Harding dari Partai Republik sebagai presiden, yang akhirnya menghentikan kampanyenya akan cita-cita pembentukan PBB.

Di luar itu, ternyata proses pendirian badan internasional terus berjalan hingga pada 1 Januari 1942, 26 negara menandatangani kesepakatan pendirian PBB.

Negara-negara itu ialah, Amerika Serikat, Inggris Raya, Uni Soviet , China, Australia, Belgia, Kanada, Kosta Rika, Kuba, Cekoslowakia, Republik Dominika, El Salvador, Yunani, Guatemala.

Kemudian, Haiti, Honduras, India, Luksemburg, Belanda, Selandia Baru, Nikaragua, Norwegia, Panama, Polandia, Afrika Selatan, Yugoslavia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com