Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebohongan dalam Awal Kasus Brigadir J Dinilai Membuat Publik Sulit Percaya Polisi

Kompas.com - 10/08/2022, 13:23 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Kepercayaan itu, menurut Bambang, berpotensi luntur ketika publik dipertontonkan sebuah kebohongan sejumlah petinggi dan anggota Polri dalam kasus tewasnya Brigadir J.

"Karena kan masyarakat melihat tontonan yang tidak elok di internal kepolisian. Bukan sekadar kasus penembakannya, tetapi juga upaya untuk merekayasa kasus ini yang dilakukan oleh kelompok di internal kepolisian. Dan itu dilakukan lintas satuan," kata Bambang.

Menurut dia, kasus tewasnya Brigadir J ini harusnya menjadi momen untuk bersih-bersih institusi Polri.

Sebab, tidak menutup kemungkinan di tubuh Polri juga terdapat kelompok-kelompok serupa, yang kerap menutupi dan membelokkan masalah.

"Kalau di Mabes Polri ada kelompok-kelompok seperti itu, artinya di tempat lain ada kelompok-kelompok lain yang berperilaku seperti itu. Saling menutupi, terus membelokkan masalah. Kasus ini adalah puncak gunung es dari problem internal kepolisian," kata Bambang.

Introspeksi dan pekerjaan rumah

Penanganan kasus tewasnya Brigadir J dinilai lamban oleh beberapa pihak. Satu bulan lebih masyarakat dipertonton dengan kasus yang penuh drama ini. Hingga akhirnya, kasus tersebut diambil alih dan ditangani oleh pihak Bareskrim Polri.

Sebagai pengamat kepolisian, Bambang Rukminto menilai bahwa kasus ini menjadi ujian dan tamparan bagi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk melakukan introspeksi.

Ia mencatat, dalam kasus ini Presiden Joko Widodo telah memberikan teguran sebanyak empat kali.

Bambang menjelaskan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di internal Polri. Selain kultur militeristik, ada pula kelompok-kelompok atau geng-geng di internal kepolisian yang harus ditangani.

“Kemudian juga terkait manajemen sumber daya manusia (SDM). Selain itu juga terkait dengan peraturan-peraturan Kapolri tentang kode etik dan disiplin juga lemah, bahkan ada kecenderungan menjadi tempat menghindar personel dari upaya pidana," ujarnya.

Saat ini, terdapat 31 orang anggota Polri yang telah dilakukan pemeriksaan terkait kasus pembunuhan Brigadir J. Hal ini dilakukan karena adanya dugaan pelanggaran kode etik profesi dan penghilangan barang bukti dalam kasus kematian Brigadir J.

Terkait hukuman yang harus dijatuhkan kepada 31 personel tersebut, Bambang menilai harus disesuaikan dengan tingkat kesalahan mereka masing-masing.

"Tetapi yang penting harus dibuka seterang benderangnya apa motif yang dilakukan oleh mereka," ujar Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com