Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tiga Tahun Pandemi, Kenali Hoaks Seputar Penyakit yang Diakibatkan Vaksin Covid-19

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah tiga tahun melanda Indonesia. Ini terhitung sejak kasus Covid-19 pertama terdeteksi di Indonesia pada 2 Maret 2020, yang diumumkan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisasi penularan Covid-19, salah satunya dengan menggencarkan vaksinasi.

Meski demikian, tidak mudah untuk menjelaskan pentingnya vaksinasi Covid-19 untuk melawan penyebaran virus corona.

Salah satu tantangannya adalah muncul berbagai hoaks dengan narasi bahwa vaksinasi justru akan menimbulkan efek samping yang berbahaya.

Di media sosial, muncul banyak informasi keliru yang menyebut vaksinasi Covid-19 dapat menyebabkan seorang terjangkit beberapa penyakit yang mematikan.

Tim Cek Fakta Kompas.com merangkum hoaks mengenai penyakit yang ditimbulkan oleh vaksin Covid-19. Simak sejumlah narasinya:

Vaksin Covid-19 menyebabkan lamban berpikir dan susah menghapal

Pada 2021 muncul sebuah unggahan di Facebook yang mengeklaim bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan gangguan pada otak sehingga membuat lamban berpikir dan sulit menghapal.

Dalam unggahan itu disertakan narasi yang menolak vaksinasi Covid-19 dosis kedua. Namun, setelah ditelusuri narasi tersebut tidak benar atau hoaks.

Ahli Patologi Klinis yang juga Direktur Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS),  Tonang Dwi Ardyanto menyatakan, vaksin Covid-19 tidak menyebabkan gangguan otak seperti lamban berpikir dan sulit menghapal. 

Menurut Tonang, program vaksinasi yang sudah berjalan puluhan bahkan ratusan tahun lalu, menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara vaksin dengan lamban berpikir maupun menghapal. Selengkapnya baca di sini.

Vaksin Covid-19 Pfizer menyebabkan ensefalitis

Sebuah unggahan di Facebook pada 2022 mengeklaim bahwa vaksin Covid-19 yang diproduksi Pfizer-BioNTech menyebabkan penyakit peradangan otak yang disebut ensefalitis.

Namun setelah ditelusuri narasi tersebut tidak benar atau hoaks.

Dokter Arun Venkatesan, direktur Pusat Ensefalitis Johns Hopkins menjelaskan bahwa tidak ada bukti yang membenarkan ensefalitis disebabkan oleh vaksin.

Ensefalitis disebabkan oleh virus, tetapi virus itu berbeda dengan virus penyebab Covid-19. Virus yang menyebabkan ensefalitis yakni virus ensefalitis Jepang atau disebut JE.

Virus itu ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk spesies Culex yang terinfeksi, khususnya Culex tritaeniorhynchus. Selengkapnya baca di sini.

Vaksin AstraZeneca menyebabkan cacar monyet dan hepatitis akut

Salah satu akun pengguna Facebook menyebut bahwa bahan dalam vaksin Covid-19 AstraZeneca menyebabkan wabah cacar monyet dan hepatitis mematikan pada anak-anak. 

Namun setelah ditelusuri narasi tersebut tidak benar atau hoaks. Klaim mengenai vaksin Covid-19 menyebabkan cacar monyet dibantah oleh epidemiolog Indonesia untuk Griffith University Australia, Dicky Budiman.

Menurut Dicky, belum ada data yang menunjukkan bahwa seorang mengalami cacar monyet setelah melakukan vaksinasi Covid-19. 

Sementara itu Direktur Rumah Sakit UNS, Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 bukan penyebab hapatitis akut pada anak-anak. Dia menjelaskan, tidak ada kasus hapatitis akut yang berkaitan dengan vaksinasi Covid-19.

Di samping itu tidak ada bukti valid atas klaim tersebut. Selengkapnya baca di sini.

Vaksin Covid-19 menyebabkan VAIDS

Beredar klaim di media sosial unggahan yang mengeklaim bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan Vaccine Acquired Immunodeficiency Syndrome (VAIDS). Setelah ditelusuri, klaim itu tidak benar atau hoaks. 

Epidemiolog Indonesia untuk Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan bahwa tidak ada vaksin yang dapat menekan atau menimbulkan AIDS. 

HIV yang mengakibatkan AIDS ditularkan melalui darah, air mani atau cairan vagina saat berhubungan seksual, dan air susu ibu yang terinfeksi. Sementara, kandungan dalam vaksin Covid-19 tidak menyebabkan AIDS.

Vaksin sendiri dirancang untuk merangsang antibodi agar belajar dan mengenali virus yang telah dilemahkan sebelumnya. Selengkapnya baca di sini.


Vaksin Covid-19 menyebabkan gagal ginjal akut

Di media sosial muncul sebuah unggahan yang mengeklaim bahwa penyebab gagal ginjal akut adalah karena vaksin Covid-19.

Dalam unggahan tersebut disebutkan bahwa vaksinasi Covid-19 pada ibu menyusui membuat anak terkena penyakit gagal ginjal akut.

Setelah ditelusuri narasi tersebut tidak benar atau hoaks. Juru Bicara Kemeterian Kesehatan, Mohammad Syahril memastikan penyebab gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak bukan berasal dari ruang lingkup Covid-19, baik infeksi virus maupun efek dari vaksin Covid-19.

Menurut dia, penyebab gangguan ginjal akut mengarah kepada intoksikasi (keracunan) cemaran etilen glikol.

Syahril menuturkan, konklusi tersebut muncul setelah Kemenkes melakukan serangkaian penyelidikan epidemiologi, surveillance, dan penelitian maupun pemeriksaan terhadap pasien.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta Ngabila Salama.

Ia membantah kabar burung yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 menjadi penyebab gagal ginjal akut pada anak.

Selengkapnya baca di sini.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/03/04/102000382/tiga-tahun-pandemi-kenali-hoaks-seputar-penyakit-yang-diakibatkan

Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke