KOMPAS.com - Konflik antara Rusia dan Ukraina masih memanas dengan serangan operasi militer hingga Rusia berhasil menguasai wilayah Ukraina termasuk berkas pembangkit listrik tenaga nuklir, Chernobyl.
Mengutip Kompas.com, Sabtu (26/2/2022) Presiden Rusia, Vladimir Putin menyebut operasi militer tersebut bertujuan untuk mendemiliterisasi Ukraina.
Akibat serangan tersebut kota-kota besar Ukraina seperti Kharkiv, Odessa, Mariupol dan Ibu Kota Kiev diserang dengan ledakan.
Dalam serangan ini, posisi militer Ukraina disebut-sebut jauh lebih lemah dibandingkan dengan Rusia.
Serangan operasi militer Rusia terhadap Ukraina disebut bukan tanpa alasan. Hal ini karena ada alasan besar di balik konflik bekas negara Soviet tersebut.
Ternyata alasan Moskwa menyerang Ukraina adalah karena keinginan Ukraina bergabung dengan NATO.
Sementara Moskwa menginginkan agar NATO menjamin bekas negara Soviet, dilarang secara permanen bergabung dengan aliansi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) tersebut.
Baca juga: Apa Peran NATO dalam Konflik Rusia VS Ukraina, Ini 5 Faktanya
Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan agar NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa Timur, dan menyalahkan aliansi itu karena merusak keamanan di kawasan.
Akan tetapi para pemimpin Barat telah menolak tuntutan tersebut.
Mereka berpendapat Kremlin tidak dapat diizinkan untuk secara efektif memveto keputusan kebijakan luar negeri Kiev dan membela "kebijakan pintu terbuka" NATO, yang memberikan hak kepada negara Eropa mana pun untuk meminta bergabung.
Ukraina telah berulang kali menyatakan niatnya untuk menjadi negara anggota NATO – sebuah tujuan yang tertulis dalam konstitusi negara.
Bergabung dengan aliansi akan meningkatkan kekuatan pertahanan Ukraina, karena “prinsip pertahanan kolektif NATO”.
Prinsip itu – yang ditetapkan oleh Pasal 5 dalam perjanjian pendirian NATO – berarti serangan terhadap satu sekutu dianggap sebagai serangan terhadap semua sekutu, dan anggotanya berkomitmen untuk melindungi satu sama lain.
Pada 2008, para pemimpin NATO berjanji kepada Ukraina bahwa suatu hari akan memberikan kesempatan untuk bergabung dengan aliansi tersebut.
Tetapi meskipun kerja sama yang semakin dalam di tahun-tahun sejak itu, diperkirakan kecil kemungkinan hal itu terjadi dalam waktu dekat.