Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. (HC) Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa
Pengamat Dunia Maritim

Pengamat Dunia Maritim

Risiko Mengerikan Saat Mudik: Kapal Angkut Mobil Listrik

Kompas.com - 01/04/2024, 12:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TRADISI mudik Lebaran di Indonesia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Setiap tahun, jutaan orang memulai perjalanan panjang menuju kampung halaman untuk merayakan momen berharga bersama keluarga dan kerabat tercinta.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul fenomena baru yang menarik perhatian: penggunaan mobil listrik dalam perjalanan mudik.

Penggunaan kendaraan listrik telah menarik perhatian besar. Penjualan mobil listrik di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, penjualan mobil listrik hingga semester I-2023 mencapai 23.154 unit.

Meski demikian, tren ini belum dibarengi regulasi yang mengatur pengangkutan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) melalui jalur laut. Padahal, risiko yang ditimbulkan lebih tinggi ketimbang mengangkut kendaraan berbahan bakar fosil.

Terdapat sejumlah risiko yang tidak bisa diabaikan, terutama ketika mobil listrik naik ke kapal-kapal feri. Penggunaan mobil listrik dalam mudik, meskipun memiliki manfaat lingkungan yang jelas, karuan saja menghadapi risiko ketika harus melalui proses penyeberangan laut.

Salah satu risiko utama adalah potensi kebakaran terkait baterai lithium-ion yang digunakan dalam mobil listrik. Baterai ini memiliki potensi untuk terbakar jika terjadi masalah atau kegagalan pada sistem baterai, dan ketika mobil-mobil ini naik ke kapal-kapal feri, risiko ini menjadi lebih meningkat.

Potensi bahaya baterai di kapal feri

Baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik, seperti mobil listrik, memang memiliki keunggulan dalam hal efisiensi energi dan kinerja. Namun, mereka juga memiliki risiko potensial, terutama terkait kemungkinan terbakar.

Baterai lithium-ion, yang umumnya digunakan dalam kendaraan listrik, memiliki potensi untuk terbakar jika terjadi masalah atau kegagalan pada sistem baterai.

Ketika terjadi gangguan internal dalam baterai, seperti overcharging, overheating, atau kerusakan fisik, baterai dapat mengalami thermal runaway yang dapat menyebabkan suhu sangat tinggi dan kemungkinan terbakar.

Maka harus diingat bahwa risiko terkait dengan proses transportasi yang lebih besar, seperti pengangkutan mobil listrik melalui kapal feri.

Kapal feri adalah bagian penting dari sistem transportasi, namun ketika kendaraan listrik naik ke kapal feri –risiko terkait dengan baterai kendaraan tersebut menjadi lebih meningkat.

Mengingat bahwa kapal feri seringkali beroperasi di lingkungan yang rentan terhadap kebakaran, dan sulit untuk dievakuasi. Ketika kendaraan listrik naik ke kapal feri, mereka membawa potensi bahaya yang mungkin tidak dimiliki oleh kendaraan konvensional.

Selain itu, akses terbatas ke area parkir kendaraan di dalam kapal feri dapat membuat penanganan keadaan darurat menjadi lebih sulit. Selain lingkungan maritim yang khas, keberadaan banyak kendaraan listrik di kapal feri juga meningkatkan risiko kerusakan.

Jika satu kendaraan listrik mengalami kegagalan baterai yang menyebabkan kebakaran, maka hal ini dapat dengan cepat menyebar ke kendaraan lain di sekitarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kata BWF soal Keputusan Kevin Sanjaya Pensiun dari Bulu Tangkis

Kata BWF soal Keputusan Kevin Sanjaya Pensiun dari Bulu Tangkis

Tren
Seorang Pria yang Diduga Terafiliasi Jemaah Islamiyah Serang Kantor Polisi Malaysia, 2 Petugas Meninggal Dunia

Seorang Pria yang Diduga Terafiliasi Jemaah Islamiyah Serang Kantor Polisi Malaysia, 2 Petugas Meninggal Dunia

Tren
Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Tren
Rawat Lansia, Pria Ini Dapat Warisan 5 Apartemen Bernilai Ratusan Juta

Rawat Lansia, Pria Ini Dapat Warisan 5 Apartemen Bernilai Ratusan Juta

Tren
Uang Palsu Diduga Marak Beredar, Ini Cara Mengeceknya agar Tak Tertipu

Uang Palsu Diduga Marak Beredar, Ini Cara Mengeceknya agar Tak Tertipu

Tren
Setelah Kevin Sanjaya, Ribka Sugiarto Umumkan Mundur dari PBSI

Setelah Kevin Sanjaya, Ribka Sugiarto Umumkan Mundur dari PBSI

Tren
5 Suplemen yang Bisa Berdampak Buruk pada Ginjal

5 Suplemen yang Bisa Berdampak Buruk pada Ginjal

Tren
Shin Tae-yong Panggil 22 Pemain untuk TC, Tidak Ada Nama Elkan Baggott dan Maarten Paes

Shin Tae-yong Panggil 22 Pemain untuk TC, Tidak Ada Nama Elkan Baggott dan Maarten Paes

Tren
Cara Cek Panggilan PPG Dalam Jabatan 2024, Kapan Dibuka?

Cara Cek Panggilan PPG Dalam Jabatan 2024, Kapan Dibuka?

Tren
3 Instansi Disebut Dimintai Uang BPK agar Dapat Opini WTP, Ada Kementan, Waskita, dan Kemenkominfo

3 Instansi Disebut Dimintai Uang BPK agar Dapat Opini WTP, Ada Kementan, Waskita, dan Kemenkominfo

Tren
Bobby Nasution Bakal Maju Pilkada Sumut, Pamannya Bidik Cawalkot Medan

Bobby Nasution Bakal Maju Pilkada Sumut, Pamannya Bidik Cawalkot Medan

Tren
Cara Cek Penerima Bansos PKH dan BPNT 2024, Begini Prosedurnya

Cara Cek Penerima Bansos PKH dan BPNT 2024, Begini Prosedurnya

Tren
Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

Tren
Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com