Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar Ramai-ramai Kritik Jokowi, Begini Respons Kubu Amin, TPN, TKN, dan Istana

Kompas.com - 05/02/2024, 07:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah guru besar dan sivitas akademika dari berbagai universitas ramai-ramai menyampaikan kritik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hingga Sabtu (3/2/2024), setidaknya sudah ada sembilan kampus di Indonesia yang mengkritik keberlangsungan demokrasi di bawah pemerintahan Jokowi.

Kesembilan kampus tersebut, yakni Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Indonesia (UI), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Andalas (Unand), Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Mereka juga mendesak Jokowi untuk menjadi penyelenggara negara yang mewujudkan pelaksanaan Pemilu 2024 dengan jujur dan adil.

Kritik dari para guru besar universitas se-Indonesia ini mendapatkan respons dari ketiga kubu yang mengikuti Pilpres 2024 serta dari pihak istana.

Berikut tanggapan mereka:

Baca juga: Penyataan Sikap Sivitas Akademika 9 Kampus Kritisi Demokrasi Pemerintahan Jokowi


Tanggapan kubu Amin

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta, Kamis (31/8/2023) malam.KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN ADITYA Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta, Kamis (31/8/2023) malam.
Juru Bicara Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin) Mardani Ali Sera mengatakan, kritik tersebut bermunculan sebagai ekspresi nurani yang terluka.

Dia menilai, respons para guru besar itu merupakan akumulasi dari proses pemilu yang berawal dari kontroversi.

"Secara umum yang terjadi ada hati nurani yang dilukai, mulai dari proses di MK (Mahkamah Konstitusi), bansos yang dipolitisasi, presiden yang ingin memihak sebelumnya cewe-cawe. Itu semua jauh dari nilai demokrasi," kata Mardani, dikutip dari Kompas.com (3/2/2024).

Mardani menyebutkan, demokrasi seharusnya memberikan kesetaraan kepada semua orang dan tidak terbatas pada satu pihak, demi melanggengkan politik keluarga. Sebab, hal ini justru menyakiti hati rakyat.

Dia menambahkan, pihaknya mengapresiasi para guru besar dan akademisi yang berani memberikan kritik kepada presiden.

"Dan apresiasi kepada para guru besar, akademisi, cerdik pandai yang mau turun. Sekarang lah saatnya kita jaga negeri kita," imbuhnya.

Baca juga: UI, UGM, dan UII Ramai-ramai Soroti Jokowi dan Demokrasi di Indonesia

Tanggapan kubu TKN 

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto usai menghadiri acara Konsolidasi Pemenangan Partai Golkar di Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (2/2/2024).KOMPAS.com/Tria Sutrisna Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto usai menghadiri acara Konsolidasi Pemenangan Partai Golkar di Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (2/2/2024).
Perwakilan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran juga turut merespons kritik para guru besar dan sivitas akademika tersebut.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, kritik itu dibuat oleh tokoh tertentu dengan mengatasnamakan kampus.

“Itu kan tokoh yang memakai kampus, memakai nama Bulaksumur,” ujar Airlangga menyebut nama Petisi Bulaksumur yang dibuat sivitas akademika UGM, dilansir dari Kompas.com (2/2/2024).

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com