KOMPAS.com - Sejumlah guru besar dan sivitas akademika dari berbagai universitas ramai-ramai menyampaikan kritik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hingga Sabtu (3/2/2024), setidaknya sudah ada sembilan kampus di Indonesia yang mengkritik keberlangsungan demokrasi di bawah pemerintahan Jokowi.
Kesembilan kampus tersebut, yakni Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Indonesia (UI), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Andalas (Unand), Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Mereka juga mendesak Jokowi untuk menjadi penyelenggara negara yang mewujudkan pelaksanaan Pemilu 2024 dengan jujur dan adil.
Kritik dari para guru besar universitas se-Indonesia ini mendapatkan respons dari ketiga kubu yang mengikuti Pilpres 2024 serta dari pihak istana.
Berikut tanggapan mereka:
Baca juga: Penyataan Sikap Sivitas Akademika 9 Kampus Kritisi Demokrasi Pemerintahan Jokowi
Dia menilai, respons para guru besar itu merupakan akumulasi dari proses pemilu yang berawal dari kontroversi.
"Secara umum yang terjadi ada hati nurani yang dilukai, mulai dari proses di MK (Mahkamah Konstitusi), bansos yang dipolitisasi, presiden yang ingin memihak sebelumnya cewe-cawe. Itu semua jauh dari nilai demokrasi," kata Mardani, dikutip dari Kompas.com (3/2/2024).
Mardani menyebutkan, demokrasi seharusnya memberikan kesetaraan kepada semua orang dan tidak terbatas pada satu pihak, demi melanggengkan politik keluarga. Sebab, hal ini justru menyakiti hati rakyat.
Dia menambahkan, pihaknya mengapresiasi para guru besar dan akademisi yang berani memberikan kritik kepada presiden.
"Dan apresiasi kepada para guru besar, akademisi, cerdik pandai yang mau turun. Sekarang lah saatnya kita jaga negeri kita," imbuhnya.
Baca juga: UI, UGM, dan UII Ramai-ramai Soroti Jokowi dan Demokrasi di Indonesia
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, kritik itu dibuat oleh tokoh tertentu dengan mengatasnamakan kampus.
“Itu kan tokoh yang memakai kampus, memakai nama Bulaksumur,” ujar Airlangga menyebut nama Petisi Bulaksumur yang dibuat sivitas akademika UGM, dilansir dari Kompas.com (2/2/2024).