Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Ramai di Kalangan Gen Z, Apa Arti dari Skena?

Kompas.com - 16/10/2023, 13:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Rizky Nauvalif

KOMPAS.com - Setiap zaman memiliki karakteristik dan keunikan bahasa gaulnya masing-masing. Begitu pula masa sekarang, hampir setiap bulan tercipta istilah-istilah baru yang ramai digunakan di media sosial. Entah itu digunakan sebagai bahasa sehari-hari atau candaan.

Salah satu istilah yang ramai dibicarakan adalah skena. Kemunculannya pun mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat. Begitu pula bagi Kukuh dan Dwik dalam siniar Balada +62 episode “Gak Ada yang Lebih Skena dari Kukuh & Dwik” dengan tautan s.id/Balada62S2Skena.

Ternyata, Kukuh dan Dwik membicarakan sikap polisi skena yang kerap menekan orang-orang yang berpura-pura sefrekuensi dengan mereka. Lantas, apa makna skena sebenarnya?

Asal-Usul Kemunculan Kata Skena

Pada dasarnya, istilah gaul ini masih belum terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring. Akan tetapi, kata ini muncul dan menjadi populer karena penggunaannya oleh masyarakat Indonesia, khususnya para anak muda.

Melansir Kompas.com, Ahli Bahasa dan Kepala Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Ganjar Harimansyah, mengatakan skena merupakan akronim dari singkatan tiga kata, yaitu Sua, cengKErama dan kelaNA.

Sua sendiri berarti berjumpa, cengkrama adalah perjalanan untuk bersenang-senang, dan kelana berarti mengadakan perjalanan ke mana-mana tanpa tujuan tertentu.

Jika diartikan terkait fenomena yang terjadi, istilah ini merujuk pada kumpulan orang yang senang nongkrong sembari mengobrol dan berjalan-jalan bersama.

Baca juga: 3 Cara Menghadapi Penolakan

Kemunculan istilah ini terjadi karena adanya pembentukan bahasa gaul yang kemudian digunakan oleh banyak orang. Bahasa gaul atau bahasa slang juga dikenal sebagai bahasa prokem pada era 1980-an dan kerap digunakan di daerah perkotaan.

Biasanya, bahasa ini dipengaruhi bahasa asing atau bahasa daerah yang kemudian diberi variasi untuk menyesuaikan tempat tinggal penuturnya. Itulah mengapa, bahasa gaul lebih condong digunakan dalam situasi nonformal dan dapat digunakan dalam komunikasi lisan serta tulisan.

Sementara itu, menurut Ganjar, kemungkinan kuat kata skena sendiri adalah serapan asing dari bahasa Inggris scene.

“Berdasarkan kamus daring, kata skena merujuk pada makna polisemi scene, yakni lingkup kegiatan, situasi, atau kancah aktivitas atau minat saat ini, misalnya The Rock Music Scene atau The Fashion Scene,” kata dia.

Selain itu, kata ini juga lekat dengan budaya dan sering diungkapkan dalam sejumlah tren musik dan mode pakaian sebagai subkultur anak muda yang muncul pada awal 2000 di Amerika Serikat dari kultur scene hardcore.

Polisi Skena yang Ingin Selalu Berbeda

Skena juga dapat diartikan sebagai perkumpulan atau komunitas yang memiliki ruangnya tersendiri untuk berinteraksi. Biasanya, mereka menganggap diri dan perkumpulannya sebagai lingkup eksklusif sehingga ingin selalu dianggap berbeda.

Kini, istilah ini pun lekat sebagai deskripsi kegemaran terhadap seni alternatif dan non-mainstream, seperti genre musik tertentu. Misalnya, dalam beberapa tahun ini, musik ‘indie’ (yang padahal bukan genre musik) dianggap keren oleh para anak muda.

Mereka yang mendengarkan musik-musik ini dianggap si paling berbeda karena para musisi ini belum dikenal khalayak luas. Terkadang pula mereka senang mengkritik selera orang lain yang hanya mengikuti arus, seperti musik pop.

Bagi para polisi skena ini, budaya pop tak memiliki ciri khas sehingga mereka kerap membedah dan mengkritik preferensi musik orang lain. Alhasil, polisi skena ini adalah julukan dengan konotasi negatif bagi orang yang terlihat ‘pick me’ dan mengusik orang lain.

Baca juga: 5 Selebriti Hollywood yang Tewas karena Overdosis Obat

Lantas, bagaimana pendapat Kukuh dan Dwik terkait fenomena skena dan polisi skena yang kerap ingin selalu berbeda?

Dengarkan perbincangan lengkapnya hanya melalui siniar Balada +62 episode “Gak Ada yang Lebih Skena dari Kukuh & Dwik” di YouTubeTipTip, dan Noice.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com