KOMPAS.com - Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata akan menjalani uji coba pada Oktober 2023. Rencananya, pembangkit listrik ini akan mulai berfungsi sekitar awal tahun 2024.
PLTS Terapung Cirata merupakan pembangkit listrik tenaga Matahari apung pertama di Indonesia sekaligus terbesar di Asia Tenggara.
Dibangun di Waduk Cirata yang terletak di tiga kabupaten Jawa Barat, yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat, pembangunan proyek ini sudah berjalan kurang-lebih selama tiga tahun.
Dengan area yang luas, PLTS Terapung Cirata dilengkapi berbagai teknologi canggih untuk memberikan manfaat besar bagi Indonesia.
Baca juga: Pakai PLTS di Rumah agar Hemat Listrik, Berapa Estimasi Biayanya?
PLTS Terapung Cirata dikembangkan oleh anak usaha PT PLN yakni PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) bekerja sama dengan Masdar, perusahaan energi yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Dikutip dari situs PLN Nusantara Power (20/1/2020), kontrak jual-beli listrik PLTS Terapung Cirata ditandatangani pada 13 Januari 2020 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini, CEO Masdar Mohamed Jameel Al Ramahi, dan Direktur Utama PT PJB Investasi Gunawan Yudhi Haryanto.
PT PJBI memegang 51 persen saham sementara Masdar memiliki 49 persen saham. Kedua perusahaan menjalankan proyek dengan nama Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energy (PMSE).
Penandatanganan proyek saat itu disaksikan Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Duta Besar Uni Emirat Arab Husin Bagis, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, dan Direktur Utama PT PJB Iwan Agung Firstantara.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, tahap pembangunan PLTS Terapung Cirata dimulai pada awal 2021. Proyek ini awalnya ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2022.
Namun, pengoperasian PLTS Terapung Cirata diundur karena mengalami sejumlah hambatan, termasuk pandemi Covid-19.
Baca juga: Terapkan Inovasi PLTS, Stasiun Batang Raih Rekor MURI
Dikutip dari Kompas TV (18/8/2022), proyek ini diperkirakan mampu memproduksi listrik berkapasitas 145 Mega Watt ac (MWac).
PLTS ini terdiri dari 13 blok dengan lebih dari 340.000 panel surya. Kapasitas listrik sebesar itu dapat mengaliri listrik ke lebih dari 50.000 rumah di wilayah Indonesia.
Pembangunan PLTS Terapung Cirata mendapat sokongan dana dari tiga lembaga keuangan internasional, yaitu Sumitomo Mitusi Banking Corp, Societe Generale, dan Standard Charter Bank.
Zulkifli Zaini dalam Deklarasi Financial Close di Jakarta pada Selasa (3/8) mengungkapkan, nilai investasi proyek ini mencapai 129 juta dollar AS atau setara Rp 1,9 triliun dengan kurs mata uang terbaru.
PLTS Terapung Cirata diklaim menjadi salah satu PLTS dengan tarif listrik jauh lebih murah dibandingkan PLTS skala besar lainnya, yakni 5,81 cent AS atau sekitar Rp 17,0814 per kWh.
PLTS Terapung Cirata akan beroperasi dengan menyerap lebih dari 1.400 tenaga kerja lokal.