Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menelusuri Semantika "Childfree"

Kompas.com - 10/08/2023, 06:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GENERASI milenial di Indonesia kreatif menciptakan berbagai terminologi baru semisal ilfil ngehit, fleksing, caper, baper, salfok, gemoy, mantul, nolep, sapen, et cetera.

Ada pula “childfree” yang bisa dimaknakan sebagai merdeka-anak atau bebas-anak alias tidak punya anak.

Sebenarnya “childfree” bukan perilaku baru, sebab sudah eksis sejak manusia mulai berhak memilih untuk punya atau tidak punya keturunan.

Bahkan tidak punya keturunan bisa bukan berdasar pilihan karena secara alamiah ada manusia yang mandul maka secara biologis tidak bisa punya keturunan.

Jika punya keturunan merupakan kewajiban kodrati, maka seharusnya tidak ada manusia yang mandul.

Sementara di ranah agama ada lelaki dan perempuan yang secara sadar sengaja memilih untuk hidup secara selibat agar tidak punya keturunan demi mampu sepenuhnya mengabdikan diri fokus kepada agama.

Di dalam wiracarita Mahabharata, tokoh yang bersumpah untuk selibat demi tidak punya keturunan yang saling berebut kekuasaan adalah Bisma Dewabrata sehingga oleh para Dewata diberi limpahan anugerah kesaktian yang tidak dimiliki manusia biasa, yaitu bisa menentukan saat ajal diri sendiri.

Pada abad XX, akibat pertambahan penduduk menjadi masalah kehidupan di planet bumi mulai muncul gerakan keluarga berencana di mana umat manusia sengaja membatasi kelahiran.

Ada yang menganut paham dua anak cukup seperti gerakan Keluarga Berencana Indonesia. Namun ada pula yang menganut paham satu anak cukup seperti yang dicanangkan oleh pemerintah Republik Rakyat China.

Sementara pada belahan ke dua abad XX, masyarakat yang menganut paham kebebasan memilih cara hidup diri sendiri termasuk dalam hal punya anak mulai memunculkan gerakan Childless by Choice, yaitu tidak punya anak berdasar pilihan diri sendiri.

Childless by Choice termasuk upaya mengurangi pertambahan penduduk secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak ekuilibrium ekosistem kehidupan di planet bumi.

Pada hakikatnya memilih jumlah anak yang dimiliki merupakan hak asasi setiap insan manusia yang seyogianya tidak boleh diganggu gugat.

Kebetulan saya anak adoptif berhubung ayah dan ibu adoptif saya secara biologis tidak bisa memiliki keturunan.

Saya sangat menghormati dan mencintai ayah dan ibu adoptif saya yang berkenan mengapdosi, merawat dan mendidik saya selama hayat masih dikandung badan kedua orangtua adoptif saya yang mengasih-sayangi saya meski saya bukan anak kandung kedua beliau.

Pada hakikatnya istilah “childfree” lebih ekspresif mengemukakan makna kebebasan ketimbang “childless by choice”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com