Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Perjalanan Karier Lala Bohang, dari Arsitek hingga Jadi Penulis

Kompas.com - 08/08/2023, 10:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Perjalanan karier seseorang memiliki makna tersendiri bagi kehidupannya. Bahkan, bagaimana posisi kita di masa sekarang belum tentu berpengaruh pada masa depan. Hal ini disebabkan manusia selalu dinamis dan menemukan hal baru dalam hidupnya.

Begitu juga Lala Bohang, Penulis The Book of Forbidden Feelings, yang membagikan perjalanan kariernya bersama Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com, dalam siniar Beginu episode “Proses Menemukan dan Menciptakan Perpaduan” dengan tautan dik.si/BeginuLalaP1.

Perjalanan Switch Career: Arsitek ke Penulisan

Lala sendiri adalah lulusan arsitek. Namun, selama proses pembelajarannya di semester tiga, ia sudah mulai sadar kalau perempuan itu tidak bisa kerja di dunia arsitek. Menurutnya, pekerjaan beda dengan dunia akademis yang memiliki jangka waktu.

Sementara itu, pekerjaan, khususnya arsitek, juga sangat erat berhubungan dengan manusia. Mulai dari menyamakan persepsi terhadap konsep bangunan hingga mengawasi proses pembangunan agar sesuai desain yang dicanangkan.

Meski sudah menyadarinya, Lala enggan pindah ke jurusan lain. Pasalnya, ia merasa tidak mampu jika harus memulai semuanya dari nol. Selain itu, proses mempelajari arsitek tidaklah mudah. Begadang hingga kecelakaan ringan adalah makanan sehari-harinya saat kuliah dulu.

Meski begitu, Lala mengaku kehidupan perkuliahan memberi banyak pengalaman. Ia jadi bisa melihat bagaimana profesionalitas dosen-dosennya yang kerap membagikan pengalaman mereka saat memegang suatu proyek.

Baca juga: Memandang Geliat Skena Musik Indonesia

Perempuan kelahiran 9 Maret 1985 ini juga mengaku sangat mengingat satu perkataan dosennya hingga membentuk pola pikirnya, yaitu “Semua Bisa Didesain”. Artinya, semua bisa dibangun mau bagaimana pun latar belakang kita.

Dari situ, Lala mencoba menulis novel di sela-sela waktu kuliah. Sayangnya, ia harus mengalami penolakan oleh sepuluh penerbit. Namun ia tak menyerah dan mencoba sekolah radio kemudian menjadi produser yang sekaligus menjadi awal perjalanan kariernya.

“Jadi produser walaupun, ya, income-nya pas-pasan, tapi yaudahlah gaya hidup di Bandung kan kecil,” ujar Lala. Sayangnya, ia justru mendapat omelan dari sang Bunda karena menganggap ilmu perkuliahannya akan sia-sia.

Selalu Merasa Gak Enak hingga Jadi People Pleaser

Setelah itu, Lala pun resign dan mencoba mencari pekerjaan sebagai developer di Jakarta. Namun, Lala yang mengetahui batas dirinya merasa tidak sanggup. Baginya, bekerja di bidang ini sangat merusak work-life balance-nya.

Keluarnya ia dari developer tidak didiskusikan ke orangtuanya. Pasalnya, Lala mengaku akan sangat bersalah kalau tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka. Akhirnya, ia memulai perjalanan kariernya lagi di visual merchandiser.

Lala pun mulai mengenal illustrator dan berpikir untuk menjadi ilustrator komersil. Perempuan ini pun semakin nekat menjadi freelance ilustrator selama enam bulan meskipun industri ilustrasi belum terbentuk kuat saat itu.

Baca juga: Menjadi “Social Justice Warrior” di Indonesia

Usahanya tidak mengkhianati hasil karena dari situ ia pun mulai dikenal dan kepercayaan mengatur beberapa klien. Ia juga jadi kenal dengan orang-orang di dunia penerbitan. Bahkan, hobi menulisnya tersalurkan kembali karena ia pernah membuat tulisan untuk Seno Gumira Ajidarma.

Pengalamannya itulah yang membuat Lala bertemu seorang Editor Gramedia. Melihat tulisannya, sang editor itu pun mendekati Lala dan berkata, “Kamu bisa nulis deh.”

Perempuan itu pun akhirnya memulai karier menulisnya kembali. Lantas, bagaimana kisah Lala selanjutnya hingga akhirnya bisa menerbitkan The Forbidden Feelings?

Temukan jawabannya melalui perbincangan lengkapnya dalam siniar Beginu episode “Proses Menemukan dan Menciptakan Perpaduan” dengan tautan dik.si/BeginuLalaP1 di Spotify.

Di sana, ada banyak kisah dari para tokoh inspiratif yang mampu memberikan perspektif baru untuk hidupmu. Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniar Beginu dan akses playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com