Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Alami Susah Tidur, Apa Dampaknya dan Bagaimana Mengatasinya?

Kompas.com - 05/08/2023, 13:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidur, terutama di malam hari merupakan aktivitas rutin yang sangat penting bagi tubuh. 

Selain sebagai waktu istirahat, tidur di malam hari meningkatkan kekebalan tubuh, dan dapat mengurangi risiko peradangan. Dengan demikian, risiko kemunculan berbagai macam penyakit dapat berkurang.

Tidur malam lebih awal akan membuat tubuh menghindari makan makanan tidak sehat. 

Sebuah penelitian yang dimuat dalam Clinical Nutrition and Metabolic Care membuktikan bahwa orang yang tidak cukup tidur tiap malam hari lebih berisiko mengalami berat badan berlebih atau obesitas.

Oleh karena itu tubuh memerlukan tidur untuk istirahat agar badan tetap sehat. 

Baca juga: 9 Dampak Buruk Terlalu Banyak Tidur bagi Kesehatan

Namun tidak semua orang bisa dengan mudah tidur di malam hari. Sebagian orang ada yang mengalami susah tidur dan begadang. Lalu, apa dampak susah tidur dan bagaimana mengatasinya?

Mengenal sleep latency

Dilansir dari SleepFoundation, sleep latency atau sering disebut dengan sleep onset latency merupakan jumlah waktu yang diperlukan seseorang untuk tertidur sepenuhnya setelah berbaring.

Rata-rata orang sehat memerlukan waktu antara 10 sampai 20 menit untuk tertidur. Seseorang dapat mengalami variasi dalam latensi tidur, tergantung seberapa mengantuknya mereka.

Misalnya, jika seseorang mencoba tidur lebih awal dari biasanya, mereka mungkin mengalami latensi tidur yang lebih lama.

Karena mereka tidak terlalu lelah, mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur.

Sebaliknya, jika seseorang begadang lebih lama dari biasanya, mereka cenderung mengalami latensi tidur yang lebih pendek karena lebih lelah dari biasanya.

Baca juga: Benarkah Tidur Siang Singkat Bisa Membuat Tubuh Segar Kembali?

Faktor yang memengaruhi sleep latency

Berbagai faktor dapat memengaruhi sleep latency. Misalnya konsumsi alkohol, dapat mengurangi sleep latency. Selain itu, nyeri kronis dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk tidur.

Obat yang berbeda juga dapat memengaruhi latensi tidur, mengurangi atau menambah waktu yang diperlukan untuk tertidur tergantung pada efeknya.

Usia seseorang dan jumlah tidur siang yang mereka lakukan juga dapat memengaruhi latensi tidur.

Kondisi seseorang sulit tidur pada malam pertamanya di tempat baru atau disebut dengan "efek malam pertama" juga dapat memengaruhi slepp latency.

Halaman:

Terkini Lainnya

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com