Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Teorem Keajaiban Angka Dua

Kompas.com - 04/07/2023, 21:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM asyik meski babak belur berusaha mempelajari matematika, beberapa kali saya mengagas beberapa teorem angkamologi terbatas pada keterbatasan daya pikir saya sendiri yang memang sangat terbatas alias dangkal.

Satu di antara segelintir gagasan matematikal saya adalah teorem keajaiban angka dua.

Berdasar hasil ekperimen pemikiran yang sudah barang tentu sekadar organoleptik dan subyektif banget, saya menggagas suatu teorem bahwa angka dua merupakan angka yang paling mampu menyamakan tanda kali dengan tanda tambah.

Saya tidak berani mempatenkan teorem saya sebab jangan-jangan sudah ada orang lain terlebih dahulu lebih gesit mempatenkan teorem bahwa angka dua merupakan angka yang paling mampu menyamakan hasil pengalian dengan hasil penambahan.

Kebenaran teorem saya uji-buktikan sendiri dengan fakta aritmatikal bahwa dua ditambah dua ternyata hasilnya senantiasa bahkan niscaya konstan sama dengan dua dikali dua.

Dalam bahasa agak lebih matematial memang 2+2 = 4 sama dengan 2x2 = 4, sementara 1+1 = 2 terbukti tidak sama dengan 1x1 = 1 atau 3+3 = 6 jelas tidak sama dengan 3x3 = 9 dan silakan lanjut gunakan angka mulai dari 4 sampai infinitas terjamin hasilnya pasti tidak sama dengan angka 2 yang memang de facto sakti mandraguna terkesan ajaib dalam menyamakan hasil pertambahan dengan hasil perkalian.

Di antara segenap angka yang ada di universe maupun multiverse serta metaverse atau apapunverse, supremasi keajaiban angka dua dalam menyamakan hasil perkalian dengan hasil penambahan memang undisputable terjawara.

Mungkin yang bisa menandingi kesaktian angka dua hanya satu dan satu-satunya (atau nihil dan nihil-nihilnya?), yaitu “angka” yang masih diperdebatkan layak atau tidak layak disebut sebagai angka, yaitu 0 alias nol atawa nihil atau tidak ada.

Memang harus diakui bahwa hasil nol plus nol adalah sama dengan nol kali nol, bahkan juga nol dibagi nol serta nol dikurangi nol semuanya tetap hasilnya sama dengan nol.

Berarti nol malah lebih ajaib ketimbang dua dalam kesamadenganan hasil dikali, ditambah, dikurang dan dibagi.

Namun sebenarnya kurang adil membandingkan angka dua yang jelas ada dengan nol yang semula tidak nyata ada sampai dengan Brahmagupta mengadakannya. Selaras lagu “ojo dibandingke” gubahan Abah Lala.

Apalagi keteguhan iman matematikal saya goyah berat setelah menerima masukan bingungologis kelas berat dari mahaguru kombinatorika saya Prof Kiki Sugeng berupa pernyataan Wikipedia terkesan membingungkan namun dogmatis sebagai berikut:

Nol pangkat nol adalah ekspresi matematika berbasis eksponensiasi tanpa nilai yang disepakati.

Kemungkinan yang paling umum adalah 1 atau membiarkan ekspresi tidak terdefinisi, dengan pembenaran yang ada untuk masing-masing, tergantung pada konteksnya.

Dalam aljabar dan kombinatorika, nilai yang disepakati secara umum adalah nol pangkat nol adalah satu sedangkan dalam analisis matematis, ekspresi terkadang dibiarkan tidak terdefinisi”.

Maka mohon dimaafkan saya tetap bertahan pada keyakinan teorem gubahan saya sendiri bahwa angka dua merupakan satu-satunya angka nyata yang ada di antara tak terhingga angka nyata yang ada yang paling ajaib dalam berjaya menyamakan hasil perkalian dengan hasil pertambahan. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com