KOMPAS.com - Jumat Agung merupakan hari Jumat sebelum Minggu Paskah yang diperingati sebagai hari penyaliban dan wafat Yesus Kristus.
Dilansir dari Kompas.com, Alkitab menjelaskan bahwa Yesus dicambuk dan diperintahkan memikul salib ke puncak Bukit Golgota, kemudian disalib dan mati.
Di hari itu, disebut hari baik atau hari suci berkat keyakinan umat Kristiani terhadap tindakan Yesus yang menaati perintah Bapa di surga.
Saat merayakan hari Jumat Agung, ada sebagian masyarakat yang memakai pakaian berwarna merah, hijau, dan ungu. Ketiga warna ini termasuk elemen warna dalam liturgi atau simbol peristiwa gerejawi.
Lalu, benarkah umat Kristiani dianjurkan memakai pakaian warna tertentu saat perayaan Jumat Agung?
Baca juga: Arti, Sejarah, dan Makna Peringatan Wafat Isa Almasih atau Jumat Agung
Kaprodi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Tinggi Teologi Bethel, Yuel Sumarno menjelaskan bahwa tidak ada anjuran bagi umat Kristen dalam memakai pakaian tertentu di perayaan Jumat Agung.
"Pada hari Jumat Agung, orang Kristen tidak dianjurkan untuk pakai pakaian warna tertentu, yang pasti adalah bersih dan sopan," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (4/4/2023).
Sementara itu, Pendeta Yoshua Chendana menyatakan bahwa memang tidak ada warna pakaian khusus saat Jumat Agung. Namun, ada kesepakatan gerejawi di antara umat Kristen.
"Selama ini, umat Kristen dianjurkan untuk memakai pakaian bernuansa hitam sebagai lambang kedukaan atas wafatnya Yesus Kristus," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (4/4/2023).
Di satu sisi, Pastor Onesius Otenieli Daeli, OSC juga menyatakan bahwa umat Katolik tidak memiliki anjuran memakai pakaian berwarna khusus pada perayaan Jumat Agung.
"Hanya secara liturgis pada saat ibadah, para petugas liturgi menggunakan warna merah," tambahnya, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/4/2023).
Dilansir dari situs Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Romo Hieronymus Sridanto Aribowo Pr menyatakan bahwa Komisi Liturgi KAJ hanya mengatur busana liturgi untuk para pelayan liturgi.
Sementara umat Kristen boleh memakai pakaian bebas, pantas, sopan, rapi, dan bermartabat saat merayakan hari suci.
"Warna liturgi menunjukkan masa biasa atau masa khusus perayaan, serta menunjukkan perayaan apa yang akan atau sedang dirayakan," lanjutnya.