Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Dongeng Wisata ke Surga dan Neraka

Kompas.com - 14/09/2022, 09:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ALKISAH, Kementerian Pariwisata Republik Alam Baka, demi mempercepat pemulihan industri pariwisata yang sempat diporak-porandakan pagebluk Covid-19, menyelenggarakan program pariwisata istimewa dengan destinasi ke surga dan neraka.

Direktor Jenderal Marketing Pariwisata Republik Alam Baka mengarahkan program keren tersebut kepada para manusia yang masih hidup di dunia fana dengan memasang dua jenis tarif.

Tarif pertama seharga Rp 1 juta untuk tur terbatas hanya ke surga atau hanya ke neraka. Tarif ke dua senilai Rp 2 juta untuk tur paripurna baik ke surga maupun ke neraka. Kedua biaya harus dibayar di muka sebelum tur dilaksanakan.

Ternyata lebih banyak manusia ingin berkunjung ke surga maupun ke neraka. Maka mayoritas turis dari dunia memilih tur yang paripurna mencakup tur ke surga dan neraka dengan bersemangat membayar tarif Rp 2 juta.

Mereka ingin bisa melihat dengan mata di kepala masing-masing tentang bagaimana kenyataan suasana di surga maupun di neraka.

Baca juga: Jenis-jenis Dongeng Berdasarkan Isinya

Setelah berkunjung ke surga dan ke neraka dengan program tur paripurna seharga Rp 2 juta, semua peserta tur bersatu padu melancarkan protes keras kepada Menpar Republik Alam Baka.

Mereka merasa tidak puas atas produk wisata yang mereka beli. Karena itu mereka menuntut biaya Rp 2 juta dikembalikan ke masing-masing peserta tur.

Setelah berhasil menahan gejolak rasa jengkel, Menpar Republik Alam Baka bertanya apa alasan para peserta tur melancarkan protes. Kuasa hukum para peserta tur paripurna ke surga dan neraka menjelaskan, para kliennya merasa tertipu.  Sebab, ternyata isi surga dan neraka sama saja, alias tidak ada bedanya.

Ternyata, surga isinya adalah para lelaki tua bangka keriput dan lumpuh tak berdaya apapun kecuali duduk di kursi roda sambil memangku seorang perempuan muda belia cantik jelita. Neraka isinya juga sama saja, yaitu para lelaki tua bangka keriput dan lumpuh tak berdaya apapun kecuali memangku seorang perempuan muda belia cantik jelita.

Menpar Republik Alam Baka dengan tegas menolak kesimpulan para peserta tur bahwa isi surga sama saja dengan neraka. Menpar menegaskan, saat para lelaki tua bangka memangku perempuan muda beliau, itu terasa surga bagi mereka. Namun situasi itu terasa neraka bagi para perempuan muda belia.

Tampaknya baik surga dan neraka terkait secara nisbi pada persepsi yang dirasakan para lelaki tua-bangka keriput-lumpuh yang memangku perempuan muda-belia cantik-jelita serta persepsi yang dirasakan para perempuan muda-belia cantik-jelita yang dipangku lelaki tua-bangka keriput-lumpuh.

Konon sampai dengan masa kini sengketa hukum antara Menteri Pariwisata Alam Baka versus para turis asal dunia fana belum kunjung berakhir. Sebab, pihak yang dikalahkan terus-menerus naik banding berkelanjufan ke mahkamah yang lebih agung yang di alam semesta memang infinitas alias tidak ada batas maksimalnya.

Di atas MA masih ada MLA alias Mahkamah Lebih Agung sementara di atas MLA masih ada MLAKA alias Mahkamah Lebih Agung Ketimbang Agung dan seterusnya dan selanjutnya sampai jagat raya kiamat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com