Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Cerebral Palsy, Apakah Ganja Satu-satunya Terapi?

Kompas.com - 28/06/2022, 13:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Potret seorang ibu saat Car Free Day (CFD) Jakarta pada Minggu (26/6/2022) lalu, ramai di media sosial.

Aksinya menarik simpati publik usai foto dan kisahnya dibagikan oleh penyanyi Andien Aisyah di akun Twitter pribadi pada Minggu (26/6/2022).

Adalah sang ibu Santi Warastuti yang membawa papan bertuliskan "Tolong anakku butuh ganja medis".

Kepada Andien, ia bercerita bahwa anaknya menderita cerebral palsy dan membutuhkan minyak ganja atau CBD oil untuk terapi.

Namun, terapi tersebut terhambat lantaran penggunaan ganja yang ilegal dan dilarang di Indonesia.

Adapun hingga kini, ganja termasuk narkotika golongan I yang penggunaannya dilarang Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (UU Narkotika).

Narkotika golongan I sendiri adalah jenis narkotika yang memiliki kadar ketergantungan tinggi dan tidak diperuntukkan bagi pengobatan medis atau terapi.

Lantas, apakah ganja satu-satunya terapi bagi penderita cerebral palsy?

Baca juga: Viral, Twit Sebut Nikahi Sepupu Bisa Bikin Anak Cerebral Palsy, Benarkah?

Tak bisa hanya dengan satu terapi

Cerebral palsy adalah penyakit atau kelainan yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh seseorang.

Dikutip dari Mayo Clinic, cerebral palsy bisa terjadi karena adanya kerusakan pada otak yang belum matang saat perkembangan anak. Kondisi ini paling sering terjadi sebelum kelahiran anak.

Ahli penyakit dalam sekaligus chairman Junior Doctors Network (JDN) Indonesia dr Andi Khomeini Takdir menjelaskan, terdapat beberapa tingkatan keparahan cerebral palsy.

Pada tingkatan ringan, pasien cerebral palsy bisa melakukan aktivitas esensial, seperti makan, dan berjalan dalam jarak pendek, tanpa bantuan orang lain.

Sementara pada tingkatan berat, dalam aktivitas sehari-harinya memang membutuhkan bantuan dari orang lain.

Adapun pada pasien cerebral palsy, Andi mengungkapkan bahwa tidak bisa hanya mengandalkan satu modalitas terapi.

Melainkan, harus melibatkan ahli atau dokter dengan kompetensi yang berbeda-beda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com