Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Musim Kemarau 2022?

Kompas.com - 21/03/2022, 12:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hujan masih turun di beberapa daerah di Indonesia. Meski begitu, intensitasnya berbeda-beda. Indonesia dinyatakan dalam masa pancaroba.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau 2022 akan mundur di sebagian besar wilayah Indonesia.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan hal tersebut dalam keterangan pers daring, Jumat (18/3/2022).

"Kami simpulkan bahwa dalam prakiraan, kemarau 2022 tahun ini datang lebih lambat dibandingkan normalnya dengan intensitas yang mirip dengan kemarau biasanya," kata Dwikorita, dikutip dari Kompas.com, Jumat (18/3/2022).

Dia menambahkan bahwa sebanyak 47 persen wilayah zona musim di Indonesia diprediksi akan terlambat masuk musim kemarau.

Sementara itu, puncak kemarau 2022 di wilayah Indonesia umumnya akan terjadi pada Agustus 2022.

”Awal musim kemarau di Indonesia akan ditandai dengan aktifnya monsun Australia pada akhir April 2022 dan mendominasi di Indonesia mulai Mei-Agustus 2022,” kata Dwikorita, dilansir dari Kompas.id, Jumat (18/3/2022).

Dwikorita juga menyampaikan, berdasarkan pemantauan anomali cuaca saat ini, La Nina masih bertahan hingga pertengahan tahun 2022.

Artinya, potensi peningkatan curah hujan masih dapat terjadi hingga pertengahan tahun ini.

Dia menegaskan, awal musim kemarau Indonesia 2022 masuk secara tidak bersamaan.

Baca juga: Sudah Masuk Musim Kemarau tapi Hujan Masih Turun, Kok Bisa?

Dikutip dari Kompas.com, Jumat (18/3/2022), dari total 342 zona musim di Indonesia (ZOM), berikut prakiraan musim kemarau di tahun ini:

  1. Sebanyak 29,8 persen ZOM akan memasuki musim kemarau pada April, meliputi zona musim di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.
  2. Sebanyak 22,8 persen ZOM akan memasuki musim kemarau pada Mei, meliputi sebagian Bali, Jawa, sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan, Maluku, dan sebagian Papua.
  3. Sebanyak 23,7 persen ZOM lainnya akan terjadi pada bulan Juni.
  4. Lebih terperinci, sebanyak 47,7 persen ZOM memasuki musim kemarau mundur atau lebih lambat dari normalnya.
  5. Sebanyak 26,3 persen ZOM memasuki musim kemarau sama dengan normalnya, sedangkan sebanyak 26 persen ZOM memasuki musim kemarau lebih awal dari normalnya.

Adapun daerah yang lebih awal mengalami musim kemarau di Indonesia meliputi sebagian Sumatera, sebagian Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua bagian timur.

Dwikorita juga menjelaskan bahwa kondisi iklim di Indonesia sangat tergantung pada kondisi di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

“Hingga pertengahan Februari 2022, pemantauan terhadap anomali iklim global di kedua samudera tersebut, di Samudra Pasifik ekuator, menunjukkan La Nina masih berlangsung,” tutur Dwikorita.

Sementara itu, di Samudra Hindia menunjukkan Indian Ocean Dipolmode (IOD) dalam kondisi netral.

Indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) memperlihatkan wilayah Pasifik tengah dalam kondisi La Nina. Kondisi IOD berada dalam keadaan negatif.

“Kondisi ENSO fase dingin ini atau La Nina, diprediksi akan terus melemah dan beralih menuju netral pada periode Maret, April, Mei,” tutur Dwikorita.

Dwikorita menuturkan, pemantauan kondisi IOD diprediksi akan kembali netral pada Maret hingga Agustus 2022. Prediksi ini, lanjut dia, akan terus diperbarui setiap 10 harian.

(Sumber: Kompas.com/Dian Erika Nugraheny, Mela Arnani | Editor: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas, Bagus Santosa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Meluruskan Arah Kiblat Saat Matahari di Atas Kabah Hari Ini

Cara Meluruskan Arah Kiblat Saat Matahari di Atas Kabah Hari Ini

Tren
18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

Tren
Apa yang Terjadi jika Tidak Membayar Denda Tilang Elektronik?

Apa yang Terjadi jika Tidak Membayar Denda Tilang Elektronik?

Tren
4 Pilihan Ikan Tinggi Seng, Bantu Cegah Infeksi Penyakit

4 Pilihan Ikan Tinggi Seng, Bantu Cegah Infeksi Penyakit

Tren
5 Update Pembunuhan Vina: Pegi Bantah Jadi Pelaku dan Respons Keluarga

5 Update Pembunuhan Vina: Pegi Bantah Jadi Pelaku dan Respons Keluarga

Tren
Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta untuk Hitung Uang Pesangon Pensiunan

Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta untuk Hitung Uang Pesangon Pensiunan

Tren
Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tren
Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Tren
Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Taruna TNI Harus Pakai Seragam ke Mal dan Bioskop? | Apa Tugas Densus 88?

[POPULER TREN] Taruna TNI Harus Pakai Seragam ke Mal dan Bioskop? | Apa Tugas Densus 88?

Tren
Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Tren
Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiannya Diikuti Ratusan Orang

Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiannya Diikuti Ratusan Orang

Tren
Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Tren
Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Tren
Ketahui, Ini 8 Suplemen yang Bisa Sebabkan Sakit Perut

Ketahui, Ini 8 Suplemen yang Bisa Sebabkan Sakit Perut

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com