KOMPAS.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mendaftarkan negaranya untuk bergabung ke Uni Eropa pada Senin (28/2/2022) di tengah invasi Rusia yang masih berlangsung.
Hal ini dikonfirmasi oleh Wakil Kepala Kantor Presiden di Ukraina Andrii Sybiha dalam akun Twitter-nya.
"Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky baru saja menandatangani dokumen bersejarah-permohonan Ukraina untuk keanggotaan Uni Eropa. Jayalah Ukraina!" tulis Sybiha di Twitter.
Dalam twit juga dilengkapi dengan foto Zelensky bersama Kepala Parlemen Ruslan Stefanchuk dan Perdana Menteri Denys Shmyhal yang sedang menandatangani pernyataan bersama.
Baca juga: Uni Eropa: Sejarah dan Daftar Negara Anggotanya
Lalu, apa saja dampak dan keuntungan Ukraina begitu bergabung dengan Uni Eropa?
Pengamat Hubungan Internasional dari Binus University Dinna Prapto Raharja mengatakan, peluang Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) di tengah invasi Rusia tipis.
Pasalnya Ukraina sulit memenuhi kriteria sebagai negara yang tergabung dalam Uni Eropa.
"Dengan situasi sekarang, Ukraina sebenarnya makin sulit memenuhi kriteria bergabung dengan Uni Eropa," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/3/2022).
Baca juga: Sejarah Konflik Rusia Vs Ukraina
Dinna menjelaskan, sebelum invasi Rusia, Ukraina, imbuhnya belum masuk di daftar calon anggota yang dipertimbangkan.
Menurutnya, untuk bisa masuk daftar tersebut, ada negosiasi panjang bertahun-tahun bagi banyak negara agar 27 negara anggota Uni Eropa yang ada, merasa nyaman dan setuju menerima anggota baru.
"Kalau untuk keanggotaan EU, pertimbangannya sangat terkait dengan ekonomi karena EU punya mata uang bersama Euro," lanjut dia.
Baca juga: Daftar Negara Terbesar di Dunia, Rusia Capai 11 Persen Daratan Dunia
Oleh karena itu, setiap ada negara baru bergabung, akan dihitung keuntungannya untuk transaksi perdagangan, fiskal, dan moneter.
Dinna mengungkapkan, biasanya negara yang tidak memberi nilai tambah pada perekonomian EU akan dianggap sebagai beban dan tidak diterima sebagai calon anggota EU.
"Turki misalnya, sudah berpuluh tahun antre jadi anggota dan meskipun sangat strategis sebagai mitra ekonomi, ada faktor politik yang menyebabkan sampai hari ini Turki tetap di 'ruang tunggu EU'," katanya lagi.
Baca juga: Alasan Mengapa Rusia Rebut Chernobyl dari Ukraina