Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hadi M Musa Said
-

Ketua Bidang Pertanian & Kedaulatan Pangan PP GP Ansor.  Ketua STAI Al Badar PP Cipulus Purwakarta

Meneguhkan Kembali Jihad Pertanian NU

Kompas.com - 20/12/2021, 16:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMUNITAS petani memiliki tempat tersendiri di hati para pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari bahkan pernah mengingatkan kita semua tentang pentingnya kedudukan petani di negeri ini.

Pada 19 Muharam 1363 H atau bertepatan dengan 14 Januari 1944 M, KH Hasyim Asy’ari menegaskan sikapnya di media Soeara Mueslimin No 2 Tahun ke-2, bahwa pertanian tidaklah berdiri sendiri tetapi bagian dari kemajuan dan tatanan sebuah bangsa.

Pendiri Nahdlatul Ulama itu mengutip banyak penjelasan dengan referensi langsung dari Al Quran, Hadist, dan kitab-kitab klasik, yang menekankan pentingnya manajemen sektor pertanian dalam ajaran Islam.

Baca juga: Berbekal Niat Bantu Petani, Alumnus Prasmul Ini Sukses Masuk Forbes 30 Under 30 Asia

Banyak sekali ayat Al Quran yang menjelaskan kajian pertanian, khususnya dari perspektif fiqh. Syaikh Thanthowi Jauhari, mufasir modern asal Mesir, misalnya, mengelaborasinya secara komprehensif dalam kitab tafsir Al-Jawahir fi Al-Qur'an Al-Karim, yang menjelaskan bahwasannya ada sekitar 750 ayat dalam Al Quran yang membahas tentang pertanian.

Ebalorasi itu terasa semakin komprehensif ketika ditambah oleh adanya 150 ayat di dalam Al Quran yang membahas tentang fiqh pertanian (Fuadi dan Ali, 2016).

Jadi tidak ada alasan bagi warga NU untuk berdiam diri dan tidak ikut menggerakan jihad dalam mengembangkan, meneruskan, dan memajukan sektor pertanian nasional. Alangkah ruginya negeri ini kalau tidak mau melihat ini sebagai potensi dan peluang yang begitu besar untuk memajukan bangsa.

Presiden RI pertama, Ir Soekarno, pernah menyatakan bahwa pertanian merupakan tulang punggung bangsa Indonesia. Bung Karno telah mempopulerkan istilah petani sebagai "penjaga tatanan negara Indonesia", yang disampaikan pertama kali tahun 1952.

Karena itu, petani selalu dipandang spesial sebagai penjaga ketahanan dan kedaulatan pangan bangsa. Petani adalah profesi yang sangat mulia. Karena bertani adalah ibadah. Semua kerja pertanian merupakan ikhtiar untuk memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, yang menghidupkan dan mengeluarkan biji-bijian dari bumi yang tandus. Lalu dari biji-biji itu mereka makan, dan Allah menjadikan padanya (bumi) kebun-kebun kurma dan anggur, serta Allah memancarkan padanya beberapa mata air, agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka, mengapa mereka tidak bersyukur? (Qs, Yasin :33-35).

Tidak ada negara maju dan moderen yang meninggalkan sektor pertanian. Bahkan mereka terus berinovasi dengan teknologi pertanian agar negaranya mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Sebab, menjadi kebutuhan dasar bagi setiap bangsa, kebutuhan pangan juga menentukan stabilitas sosial-politik sebuah negara.

Tanggung jawab NU

NU memiliki tanggungjawab yang besar untuk bersama-sama melakukan jihad kedaulatan pangan melalui pemberdayaan petani. Karena itu, upaya untuk melakukan regenerasi petani dengan menyiapkan SDM petani yang unggul dan berkualitas, harus terus dilakukan. Hal itu juga harus diimbangi dengan menyiapkan lahan pertanian.

NU sendiri memiliki jemaah besar yang mayoritas warganya adalah petani. Tentu NU secara kelembagaan bertanggungjawab untuk senantiasa fokus melakukan dakwah khusus dalam pengembangan ekonomi pertanian sebagai bagian dari jihad keumatan yang sesungguhnya.

PBNU juga mempunyai lembaga pertanian yang seharusnya mengambil langkah sangat serius, bukan hanya sekedar berhenti di MOU & launching program, yang selama ini terjadi.

Baca juga: Erick Thohir: Petani Makmur, Indonesia Juga Makmur..

Memang ini tugas berat dan sangat serius, mudah-mudahan hasil Muktamar ke 34 NU di Lampung menghasilkan rekomendasi khusus soal pengembangan ekonomi bidang pertanian. Rekomendasi dan langkah riil itu akan sangat bermakna bagi masa depan warga NU yang 70 persen lebih adalah petani yang tinggal di pedesaan dan setiap hari mereka pergi ke ladang, kebun, sawah untuk menjaga ketersediaan pangan nasional. 

Orientasi kerja pemberdayaan ekonomi warga Nahdliyyin salah satunya perlu diperkuat dengan memperbanyak pendidikan dan pelatihan sektor pertanian untuk kaum santri di berbagai pesantren di Nusantara. Pemberdayaan santri petani milenial harus terus dijalankan secara simultan dengan berbagai langkah pendampingan melalui penyuluhan dan penguatan permodalan.

Yang tidak kalah penting, NU juga harus menjadi garda terdepan untuk membela kaum petani dari keganasan permainan pasar kaum tengkulak. Jaminan harga pascapanen menjadi penting untuk diperjuangkan.

Sebab, kesejahteraan petani seringkali dihantam bukan hanya di awal, melainkan juga pangkal dalam proses pertanian. Mahalnya bibit, pupuk dan obat-obatan, dan kemudian dihantam oleh harga panenan yang luar biasa murah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com