Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Burung Pipit Mati Terjadi Lagi, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 18/09/2021, 08:02 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Kematian ratusan burung pipit terjadi kembali, fenomena ini pertama kali terjadi di Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (14/9/2021).

Fenomena serupa pernah terjadi beberapa waktu lalu, ratusan hingga ribuan burung pipit berjatuhan di sekitar tanah kuburan di Banjar Sema Pring, Kabupaten Gianyar, Bali pada Kamis (9/9/2021).

Kejadian burung pipit mati tersebut viral di media sosial dan memunculkan rasa penasaran oleh warga sekitar.

Sementara kejadian burung pipit mati di sekitar Kantor Pemerintah Kota Cirebon ini pertama kali diketahui oleh sejumlah petugas kebersihan.

Saat hendak membersihkan taman, mereka kaget karena ada ratusan burung pipit ditemukan tergeletak mati dengan bulu-bulu yang basah.

Beberapa petugas mengabadikan momen langka tersebut, kemudian membersihkan bangkai burung pipit dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak terkait.

Baca juga: Ratusan Burung Pipit Mati di Cirebon Diduga karena Perubahan Cuaca yang Ekstrem

Sementara itu, Protokol Pemkot Cirebon Prasojo Rahardjo Utomo mengatakan saat itu, ia tiba di kantor Pemkot, sejumlah petugas sedang membersihkan burung pipit yang sudah mati.

"Jam 07.00 WIB sudah ramai, sudah banyak burung berjatuhan. Ini kejadian pertama kali," kata Prasojo kepada Kompas.com di gedung Setda Kota Cirebon, Selasa.

Dia menduga burung tersebut mati karena adanya perubahan iklim, sehingga diduga burung-burung pipit itu tidak kuat dengan perubahan dari cuaca panas ke kondisi dingin dalam waktu singkat.

"Mungkin karena kondisi Kota Cirebon selama dua hari ini hujan terus. Waktunya dimulai sejak dini hari hingga pagi," ucap Prasojo.

Dugaan penyebab ratusan burung pipit mati

Fenomena burung pipit tersebut sudah terjadi kali kedua, sebelumnya di Bali juga pernah terjadi. Kemudian terjadi lagi di Cirebon, Jawab Barat.

Menurut salah satu Peneliti Burung Badan Riset dan Invonasi Nasional (BRIN) Tri Haryoko MSi, faktor penyebabnya dapat diakibatkan banyak kemungkinan.

"Saya belum mendengar kejadian seperti sebelumnya (selain di Bali itu)," kata Tri kepada Kompas.com, Minggu (12/9/2021).

Dugaan penyebabnya seperti hujan asam, perubahan cuaca, keracunan pestisida atau karena penyakit.

Namun, untuk memastikan penyebab sebenarnya, harus menunggu hasil dari pengujian Balai Besar Veteiner (BBVet) Denpasar, melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar, Bali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com