KOMPAS.com - Virus corona penyebab Covid-19 tergolong mudah bermutasi sejak pertama kali diketahui muncul di Wuhan, China pada Desember 2019.
Saat ini muncul beragam varian atau mutasi dari Covid-19, termasuk Alpha, Beta, Gamma serta yang terbaru Delta yang sempat menjadi faktor lonjakan kasus di Indonesia pada Juli lalu.
Selain sejumlah varian tersebut, pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian pada tiga varian baru yang belakangan muncul, yaitu Lambda, Mu, dan C.1.2.
Pemerintah perlu melakukan upaya agar ketiga varian tersebut tidak masuk dan menyebar di Indonesia.
Baca juga: Benarkah Varian Corona Mu Tak Lebih Ganas dari Delta? Ini Kata Eijkman
Lantas, upaya apa saja yang harus dilakukan?
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, keberadaan ataupun masuknya varian baru corona di Indonesia hanyalah perkara waktu.
Namun dengan catatan, situasi pandemi belum terkendali, kapasitas testing, tracing, dan treatment (3T) belum adekuat atau memadai.
Padahal, Dicky mengungkapkan, hingga saat ini situasi tersebut masih terjadi di Indonesia.
"Ini semua masih terjadi, walaupun saat ini sudah terjadi perbaikan secara umum, namun berbicara Indonesia itu sangat kompleks," ujar Dicky kepada Kompas.com, Kamis (16/9/2021).
"Karena kita memiliki banyak pulau terluar, banyak daerah terpencil, dan variasi kualitas intervensi dari setiap kabupaten/kota dalam melakukan 3T, 5M, dan vaksinasi," tambahnya.
Baca juga: Penjelasan Eijkman soal Varian Corona Mu yang Disebutkan Lebih Ganas dari Delta
Menurut Dicky, luasanya pintu masuk ke Indonesia baik dari darat, laut, dan udara juga menjadi tantangan lainnya.
"Oleh karena itu, keberadaan varian seperti Mu, Lambda, dan C 1.2, itu kita tidak perlu kaget kalau itu sudah masuk Indonesia," kata dia.
Namun, ia mengingatkan, yang jauh lebih penting adalah bagaimana upaya pemerintah untuk meresponsnya.
Menurutnya, strategi yang perlu dilakukan sama, yakni perkuat testing, tracing, dan treatment, protokol kesehatan 5M, serta vaksinasi.