Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Burung Hantu Imut Mahakarya Durer

Kompas.com - 25/05/2021, 13:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SATU di antara mahakarya akuarel Albrecht Durer berlabel tahun 1508 yang kini dipamerkan di Museum Albertina, Wina, Austria menampilkan sosok seekor burung hantu bersosok kecil mungil alias imut.

Olesan cat air bertema satwa belum terlalu populer di masa Rennaisance apalagi di luar Italia yang lebih mengutamakan obyek manusia.

Memang sebutan hantu pada nama burung hantu di dalam bahasa Indonesia terkesan menakutkan bahkan menyeramkan.

Namun pada hakikatnya penampilan ragawi burung hantu tidak selalu menyeramkan bahkan ada yang imut sehingga digemari sebagai hewan peliharaan domestik seperti anjing dan kucing.

Bahkan para petani sengaja memelihara burung hantu jenis pemburu sebagai pembasmi hama tikus.

Ada pula jenis burung hantu hidup di dalam tanah lebih mahir menggali tanah dan berlari dengan dua kaki ketimbang terbang seperti yang kerap ditemukan di lapangan golf.

Takhayul

Di ranah takhayul burung hantu sering dianggap sebagai pembawa sial bahkan maut. Apabila terdengar suara burung hantu maka banyak manusia menganggapnya sebagai omen bahwa akan ada manusia yang meninggal.

Takhayul semacam itu cukup kuat bertahan untuk diyakini sebab memang setiap insan selalu ada manusia yang meninggalkan dunia fana ini.

Mayoritas pribumi benua Amerika dari utara sampai selatan meyakini aura kematian hadir pada burung hantu maka kerap digunakan sebagai dongeng menakut-nakuti anak-anak agar jangan nakal agar tidak dimangsa burung hantu.

Meski ada pula suku pribumi Amerika yang menakhayulkan burung hantu sebagai lambang infertilitas maka meletakkan burung hantu sebagai mahkota totem.

Bahkan di Mongolia, burung hantu dipuja sebagai lambang keselamatan berkat kisah dongeng bahwa Jengis Khan diselamatkan oleh burung hantu yang bersarang di depan gua tempat Jengis Khan bersembunyi maka para musuh menduga mustahil ada manusia berlindung di sebuah gua di mana burung hantu bersarang.

Masyarakat Jepang meyakini burung hantu sebagai lambang keberuntungan maka menggunakan sosok satwa bermata belok ini sebagai talismean gantungan kunci atau kalung.

Mitologi India menampilkan sosok burung hantu sebagai vahana pendamping dewi Laksmi.

Masyarakat Yunani kuno berlanjut sampai Romawi memuja sosok burung hantu sebagai lambang kearif-bijaksanaan.

Namun para mahasastrawan Eropa mulai dari Shakespeare sampai Keats menampilkan burung hantu sebagai lambang kesialan ketimbang keberuntungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com