Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Dampak Serangan 11 Hari Israel di Gaza, Palestina

Kompas.com - 23/05/2021, 12:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat gencatan senjata berlangsung di Gaza, warga Palestina mulai menghitung dampak serangan 11 hari yang dilakukan Israel.

Dilaporkan, serangan udara dan penembakan artileri menghancurkan hampir 17.000 rumah dan bangunan bisnis, 53 sekolah, enam rumah sakit, empat masjid, dan 50 persen infrastruktur pasokan air Gaza.

Tak hanya itu, serangan juga menyebabkan 800.000 orang tidak memiliki akses reguler ke air bersih.

Baca juga: Palestina-Israel: Bantuan Kemanusiaan Pertama Tiba, tapi Rekonstruksi Gaza Butuh Bertahun-tahun

Kerugian 159 juta dollar AS

Pejabat di Kementerian Pekerjaan dan Perumahan Gaza Naji Sarhan memperkirakan, kerugian finansial dari serangan Israel mencapai 159 juta dollar AS, dikutip dari Arab News.

Selain kerugian finansial, korban jiwa adalah yang paling memilukan. Serangan Israel menewaskan sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak.

Sebuah badan pengungsi di Gaza telah meluncurkan program khusus untuk membantu kaum muda yang mengalami trauma akibat perang tersebut.

Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) mengatakan, anak-anak berusia 5-15 tahun tewas di rumah mereka di daerah padat penduduk bersama dengan kerabat yang tak terhitung jumlanya.

"Kami terkejut mengetahui bahwa delapan anak yang kami bantu, dibom ketika mereka berada di rumah dan mengira mereka aman," kata Sekretaris Jenderal NRC Jan Egeland.

"Mereka sekarang telah pergi, dibunuh bersama keluarga mereka, dikubur dengan mimpi mereka dan mimpi buruk yang menghantui mereka," ujar Egeland.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina dan Bentrokan Pasca-gencatan Senjata di Kompleks Masjid Al Aqsa

Layanan psikologis anak-anak

Sementara itu, Direktur NRC di Gaza Hudhaifa al-Yaziji mengatakan, organisasi tersebut bekerja dengan 118 sekolah di Jalur Gaza, dengan layanan psikologis dan sosial yang menjangkau lebih dari 75.000 siswa.

Al-Yaziji meyakini bahwa perang akan meningkatkan jumlah anak dan pelajar yang membutuhkan intervensi psikologis dan sosial.

Menurutnya, sejumlah anak yang terbunuh sebelumnya menerima layanan itu untuk menangani trauma yang mereka derita akibat kekerasan di Gaza.

Ia menuturkan, gejala paling menonjol yang memerlukan pengobatan adalah mimpi buruk.

Baca juga: Mengenang Rachel Corrie, Pejuang Palestina yang Tewas Dilindas Buldoser Israel

Dampak negatif perang

Seorang dokter di Kementerian Kesehatan Sumaya Habib mengatakan, perang saat ini sangat keras dan akan berdampak negatif pada sebagian besar anak-anak di Palestina.

Ia yakin, anak-anak yang melarikan diri dari bawah reruntuhan akan mengalami trauma yang lebih parah.

Habib menjelaskan, luka mental yang akan dialami anak memiliki banyak bentuk, terutama hilangnya rasa aman.

Menurut data NRC, 80 persen siswa di Gaza memiliki pandangan positif untuk masa depan pada 2019, tetapi turun hanya menjadi 29 persen pada September 2020.

"Perang akan membuat lebih banyak anak kehilangan pandangan positif mereka tentang masa depan, karena mereka melihat kematian dalam setiap serangan dan dengan setiap ledakan," kata Habib.

Baca juga: Trending #SaveSheikhJarrah di Twitter, Apa yang Terjadi di Palestina?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com