Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Kartini, Mengenal Lebih Dekat Kebaya dan Sejarahnya

Kompas.com - 19/04/2021, 19:00 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Perayaan Hari Kartini selalu identik dengan busana tradisional, terutama kebaya. Kebaya lekat dengan perayaan hari ini lantaran RA Kartini juga selalu lekat dengan busana kebaya semasa hidupnya.

Bahkan akhirnya muncul istilah kebaya Kartini, yaitu kebaya yang dikenakan RA Kartini yang memiliki ciri khas berupa kerah setali yang menghiasi leher hingga bagian bawah kebaya.

Di waktu lampau, kain atau sarung yang berpasangan dengan kebaya dipakai oleh seluruh wanita Indonesia juga masyarakat Melayu.

Kebaya sendiri berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu Abaya yang memiliki arti jubah atau pakaian longgar.

Baca juga: Sebelum Kartini Ada Ratu Kalinyamat, Perempuan Tangguh dan Visioner dari Jepara

Sejarah kebaya

Menurut penelusuran sejarah, konon katanya bentuk awal kebaya berasal dari Kerajaan Majapahit, yaitu busana yang dikenakan oleh para permaisuri dan selir raja. 

Sebelum budaya Islam masuk, masyarakat Jawa pada abad ke-9 telah mengenal beberapa istilah busana. Namun waktu itu, kaum wanita masih setia dengan padanan kain dan kemben yang hanya membebat dada sekadarnya.

Ketika budaya Islam masuk, maka dilakukan penyesuaian untuk lebih menutup area dada. Yaitu dengan dibuatnya semacam outer, berupa kain tipis yang digunakan untuk menutup bagian belakang tubuh, bahu serta kedua lengan. 

RA Kartini dan adik-adiknyaWIKIMEDIA COMMONS/GPL FDL RA Kartini dan adik-adiknya

Kebaya juga tercatat jelas pada catatan resmi bangsa Portugis ketika pertama kali mereka mendarat di Indonesia.

Dalam catatan itu dijelaskan, bahwa kebaya adalah busana kaum wanita di Indonesia yang ada di abad ke-15 hingga 16. Meski di masa itu, kebaya hanya dipakai oleh para priyayi, yaitu kaum bangsawan.

Baru seiring bergulirnya waktu, kebaya pun ikut dicicipi oleh para pribumi, termasuk para isteri petani yang mengenakan kebaya dari kain tipis dan mengaitkan bagian depannya dengan sebuah peniti.

Baca juga: Hari Kartini ala Semarang Doll Lovers, Menyuguhkan Boneka dalam Balutan Kebaya Etnik

Akulturasi budaya dalam selembar kebaya 

Grace W. Susanto dalam bukunya Mlaku Thimik-Thimik mengatakan bahwa pengaruh budaya luar sangat mewarnai perkembangan dan jenis dari kebaya.

Bisa dikatakan, jenis-jenis kebaya yang ada sekarang ini adalah akulturasi budaya Jawa dengan berbagai pengaruh budaya lain.

Bicara soal jenis, kebaya terbagi menjadi kebaya Jawa, kebawa Betawi, kebaya Sunda, kebaya Bali, kebaya Madura dan kebaya Melayu.

Beberapa gaya kebaya di Roemah Kebaya Vielga.Koleksi Roemah Kebaya Vielga Beberapa gaya kebaya di Roemah Kebaya Vielga.

Masing-masing kebaya memiliki ciri khas masing-masing. Kebaya Jawa misalnya, memiliki ciri khas yang terletak pada tembelan kain di bagian dada yang disebut kutu baru.

Menurut Grace, dokter gigi yang juga pemerhati budaya yang bermukim di Semarang, kutu baru ini adalah perkembangan dari pemakaian kemben. Ketika orang malas mengenakan kemben, maka ditambahkanlah kutu baru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com