Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi soal Orang Berkacamata dan Tingkat Risiko Terpapar Covid-19

Kompas.com - 23/02/2021, 18:37 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti di India melakukan studi penggunaan kacamata untuk melihat tinggi/rendahnya risiko seseorang terpapar virus corona.

Virus corona dapat masuk ke dalam tubuh melalui lubang mulut, hidung, dan mata, melalui sentuhan atau kontak dengan tangan atau benda yang terkontaminasi.

Penelitian ini dipimpin oleh Dokter Spesialis Mata Senior dari Departemen Kesehatan NPCB Center, Kanpur Dehat, India, Amit Kumar Saxena.

Penelitian ini melibatkan 304 orang yang merupakan pasien Covid-19 (223 laki-laki dan 81 perempuan) sebagai sampel penelitiannya

Mengutip Independent, Minggu (21/2/2021), pasien-pasien itu berasal dari sebuah rumah sakit di India bagian utara. Usianya beragam, mulai dari 10 tahun hingga 80 tahun.

Mereka diteliti dan diminta mengisi kuesioner untuk mengetahui perilaku penggunaan kacamatanya.

Data yang terkumpul diuji secara kuantitatif untuk mengetahui perbandingan risiko keterpaparan virus corona antara orang yang menggunakan kacamata dalam jangka panjang dan pada mereka yang tidak menggunakannya.

Baca juga: Update Corona Global: Studi Temukan Vaksin Pfizer dan Moderna Dapat Lindungi dari Varian Baru Covid-19

Diketahui, 58 dari 304 pasien yang menjadi sampel penelitian atau sekitar 19 persen di antaranya mengaku menggunakan kacamata dalam jangka waktu yang lama.

Sementara, sisanya, mengaku sebaliknya.

Pada seluruh sampel yang diteliti, peneliti mencatat, mereka menyentuh wajah rata-rata sebanyak 23 kali dalam 1 jam dan untuk area mata rata-rata 3 kali dalam waktu yang sama.

Namun, angka statistik yang diperoleh, pada mereka yang menggunakan kacamata, risiko terpapar virus corona sebesar 0.48.

Sementara itu, mereka yang tidak menggunakannya memiliki risiko sebesar 1.35.

Angka-angka statistik ini menunjukkan, mereka yang tidak berkacamata memang memiliki risiko terpapar virus corona 2-3 kali lebih besar daripada yang berkacamata.

Hal itu karena ketika seseorang menggunakan kacamata, maka frekuensi menyentuh atau menggosok area mata secara langsung menjadi lebih kecil.

Baca juga: Studi: Varian Baru Virus Corona Kemungkinan 30-70 Persen Lebih Mematikan

Ada lensa dan frame yang menghalangi mata sehingga tangan atau jari tidak semudah itu untuk menyentuhnya secara langsung.

Melansir The Sun, Minggu (21/2/2021), dalam penelitian yang dilakukan selama 2 minggu pada musim panas lalu, efektivitas proteksi kacamata dalam memberi perlindungan juga secara statistik terbukti signifikan.

Jika penggunaan masker dapat menurunkan frekuensi kita menyentuh mulut dan hidung, maka kacamata dinilai berperan yang sama, namun bagi area mata yang tidak terlindungi oleh masker. 

Studi ini telah dipublikasikan di Medrxiv pada 13 Februari 2021.

Meski demikian, hasil studi ini belum dapat dijadikan petunjuk atau landasan klinis, karena belum melalui proses peninjauan ulang.

Baca juga: Studi: Vitamin C dan Zinc Tidak Mengurangi Gejala Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Pembangunan Tol Jadi Solusi Jalanan Rawan Longsor di Sumatera Barat?

Benarkah Pembangunan Tol Jadi Solusi Jalanan Rawan Longsor di Sumatera Barat?

Tren
6 Fakta Pesawat Latih Jatuh di BSD, Sempat Hilang Kontak

6 Fakta Pesawat Latih Jatuh di BSD, Sempat Hilang Kontak

Tren
Cerita Perempuan di Surabaya, 10 Tahun Diteror Teman SMP yang Terobsesi

Cerita Perempuan di Surabaya, 10 Tahun Diteror Teman SMP yang Terobsesi

Tren
Ucapan dan Twibbon Hari Kebangkitan Nasional 2024

Ucapan dan Twibbon Hari Kebangkitan Nasional 2024

Tren
Polisi Ungkap Kronologi Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangerang Selatan

Polisi Ungkap Kronologi Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangerang Selatan

Tren
Kasus Covid-19 di Singapura Naik Nyaris 2 Kali Lipat, Diproyeksi Meledak Juni 2024

Kasus Covid-19 di Singapura Naik Nyaris 2 Kali Lipat, Diproyeksi Meledak Juni 2024

Tren
Helikopter yang Bawa Presiden Iran Jatuh, Pencarian Masih Berlanjut

Helikopter yang Bawa Presiden Iran Jatuh, Pencarian Masih Berlanjut

Tren
Alasan Tidak Boleh Minum Teh Saat Perut Kosong, Ini yang Akan Terjadi

Alasan Tidak Boleh Minum Teh Saat Perut Kosong, Ini yang Akan Terjadi

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 20-21 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 20-21 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2024, Pesawat Jatuh di BSD

[POPULER TREN] Daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2024, Pesawat Jatuh di BSD

Tren
Warga Jabar jadi Pengguna Pinjol Terbanyak di Indonesia, Ekonom Soroti Persib Gandeng Sponsor Pinjol

Warga Jabar jadi Pengguna Pinjol Terbanyak di Indonesia, Ekonom Soroti Persib Gandeng Sponsor Pinjol

Tren
Starlink Milik Elon Musk Resmi Beroperasi di Indonesia, Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Starlink Milik Elon Musk Resmi Beroperasi di Indonesia, Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Tren
Mengenal Voice of Baceprot, Grup Metal Garut yang Jadi Sorotan Utama Forbes 30 Under 30 2024

Mengenal Voice of Baceprot, Grup Metal Garut yang Jadi Sorotan Utama Forbes 30 Under 30 2024

Tren
Daftar Korban Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Tangerang Selatan

Daftar Korban Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Tangerang Selatan

Tren
Profil Oxford United, Klub Bola Erick Thohir yang Promosi ke Championship

Profil Oxford United, Klub Bola Erick Thohir yang Promosi ke Championship

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com