KOMPAS.com - Sepekan telah berlalu, sejak peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB.
Sebelumnya pesawat dengan 62 penumpang ini terbang dari Jakarta menuju Pontianak, dan dilaporkan hilang kontak.
Setelah melakukan pencarian, tim pencari telah menemukan jenazah korban, pakaian, pecahan badan pesawat, dan black box Sriwijaya Air SJ 182.
Penemuan jenazah korban dan benda-benda terkait pesawat Sriwijaya Air tidak dapat lepas dari bantuan para penyelam profesional.
Baca juga: Kisah Hence, Penyelam Relawan Cari Bagian Tubuh Korban Sriwijaya Air Demi Bantu Keluarga
Salah satu relawan penyelam dalam pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182, yaitu Indonesia Divers Rescue Team (IDRT). IDRT merupakan tim relawan gabungan dengan spesialisasi SAR di bawah permukaan air.
“Kami sudah memasuki hari ketujuh di sini, dan sekarang sedang dalam persiapan untuk melakukan penyelaman lagi,” kata Ketua IDRT Ebram Harimurti saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (15/1/2021).
Selama melakukan pencarian dan pertolongan IDRT membagi timnya menjadi empat, yaitu Alfa, Bravo, Charlie, dan Delta. Tim ini bergantian dalam membantu tim SAR melakukan pencarian di dalam laut.
“Kami bergantian, kemarin Alfa Bravo yang naik. Kemudian Alfa turun, Charlie naik. Besok Bravo turun, Delta naik,” tambah Ebram.
Baca juga: Penyelam AL: Kotak Hitam Ditemukan Tertimbun Lumpur di Kedalaman 18 Meter
Seluruh anggota IDRT merupakan penyelam profesional. Awalnya mereka hanya komunitas. Kemudian para penyelam profesional ini menyadari bahwa mereka memiliki tujuan yang sama.
“IDRT ini awalnya suatu komunitas dimana isinya adalah para diver profesional yang punya tujuan sama demi kemanusiaan,” kata Ebram.
Kemudian pada 2015, terbentuklah IDRT. Organisasi non profit ini memiliki fokus pada kegiatan dan aktifitas penyelaman.
Ebram bercerita bahwa IDRT sering membantu Basarnas dalam melakukan pencarian dan pertolongan di bawah permukaan laut.
“Kami beberapa kali bersama Basarnas untuk melakukan proses pencarian dan pertolongan, karena melihat kebutuhannya komunitas ini menjadi nonprofit yang mempunyai kerjasama resmi dengan Basarnas,” ujar Ebram.