Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Tonton Konten Asusila di Internet, Orangtua Harus Bagaimana?

Kompas.com - 22/08/2020, 20:00 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Keberadaan konten asusila di dunia maya yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak menjadi kekhawatiran setiap orangtua.

Namun, psikolog anak dan keluarga, Astrid WEN, menyarankan orangtua jangan panik apabila mendapati anak yang tak sengaja menonton konten asusila.

Hal yang pertama kali harus dilakukan orangtua adalah mengajak anak berdiskusi.

"Jika orangtua melihat anak menonton video tersebut, orangtua bisa tanyakan dahulu apa opini anak, sehingga tahu dahulu apa pikiran atau gambaran anak mengenai kejadian tersebut dan apa yang bisa disimpulkan dari kejadian tersebut," ujar Astrid kepada Kompas.com, Sabtu (22/8/2020).

Sehingga, lanjutnya, orangtua bisa mengambil langkah tepat, termasuk soal memberkan edukasi seks kepada anak.

Terpisah, psikolog klinis dari Personal Growth, Gracia Ivonika, menjelaskan orangtua bisa memulai memberikan edukasi seks kepada anak tentang bagian-bagian tubuh.

Tepatnya, soal bagian tubuh yang tidak boleh dipegang dan diperlihatkan ke siapa pun, kecuali untuk urusan tertentu.

Baca juga: Viral Iklan Vulgar di Situs Belajar, Simak Cara Lindungi Smartphone Anak dari Konten Porno

Urusan tertentu yang dimaksud misalnya dokter atau orangtua yang sama jenis kelaminnya.

"Orang lain di luar kepentingan tersebut tidak boleh melihat atau bahkan memegang daerah privat, dan kita berhak berkata tidak jika ada orang lain yang ingin melakukannya dan bisa memberitahu orangtua," kata Gracia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (22/8/2020).

Selanjutnya, Gracia mengatakan membangun hubungan yang dekat dan komunikasi terbuka dengan anak juga penting.

Hal itu agar anak mau bercerita dan berbagi mengenai apa saja yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami.

Dengan demikian, kata dia, orangtua bisa mengambil peran dalam menjaga dan membimbing anak menjaga diri dengan baik.

"Perihal konten informasi yang diakses dari media sosial dan internet juga bisa menjadi bahan diskusi antara orangtua dan anak," ungkapnya.

Dia menjelaskan, orang tua perlu memberitahu dan memberikan batasan-batasan mengenai konten informasi yang bisa diakses anak, agar anak memiliki pemahaman yang tepat.

Selain itu, pendampingan dari orang tua juga sangat penting supaya anak mendapatkan konten sesuai dengan usianya.

Menurutnya, teknologi dan media sosial dibuat untuk mempermudah manusia, maka hendaknya bijak dalam menggunakannya dan untuk hal-hal yang positif.

Baca juga: Ramai Tagar #SexEducation, Ahli Sebut Pentingnya Edukasi Seks Sejak Dini

Terkait edukasi seks, psikolog dari Lembaga Psikologi Anava, Solo, Maya Savitri, menambahkan dapat dimulai dari anak usia 3-6 tahun.

Namun, dalam usia tersebut, hanya sebatas pengenalan anggota tubuh dan siapa saja yang berhak atau boleh menyentuhnya.

"Seks edukasi dimulai sejak dini sebenarnya," kata Maya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (22/8/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com