Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Disebut Dapat Dihentikan dengan 3 Langkah Sederhana Ini, Apa Saja?

Kompas.com - 23/07/2020, 10:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi corona di Indonesia maupun di dunia belum berakhir. Indonesia bahkan disebut-sebut belum mencapai puncak gelombang pertamanya.

Apakah pandemi ini bisa dihentikan? Jika menunggu vaksin, maka butuh waktu lama.

Dilansir CNN, Selasa (21/7/2020), sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal PLoS Medicine meneliti tentang cara menghentikan pandemi dengan hal-hal sederhana.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Covid-19 di UNS, Epidemiolog: Setop Aktivitas Kampus

Jurnal yang diterbitkan Selasa (21/7) itu menciptakan model baru untuk melihat penyebaran penyakit dan upaya pencegahan yang dapat membantu menghentikannya.

Menurut peneliti di University Medical Center Utrecht, penelitian ini didasarkan pada interaksi orang-orang di Belanda. Tetapi model ini sesuai untuk negara-negara Barat lainnya.

"Epidemi besar dapat dicegah jika kemanjuran tindakan ini melebihi 50 persen," catat mereka.

Baca juga: Menyelisik Tugas dan Fungsi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang Dibubarkan Jokowi...

Adapun tindakan-tindakan yang disebut bisa menghentikan pandemi corona atau langkah perlindungan pribadi adalah:

  1. cuci tangan secara teratur
  2. mengenakan masker
  3. menjaga jarak sosial satu sama lain

Tiga perilaku sederhana itu dikatakan dapat menghentikan sebagian besar pandemi Covid-19, bahkan tanpa vaksin atau perawatan tambahan.

Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...

Menunda puncak kasus

1. Siswa baru SMP Negeri 1 Indralaya Ogan Ilir dengan menggunakan masker berbaris dengan menjaga jarak sebelum masuk ke dalam kelas

2. Salah satu siswa mencuci tangan sebelum masuk ke dalam lingkungan sekolah di SMP Negeri 1 Indralaya Ogan IlirAMRIZA NURSATRIA HUTAGALUNG 1. Siswa baru SMP Negeri 1 Indralaya Ogan Ilir dengan menggunakan masker berbaris dengan menjaga jarak sebelum masuk ke dalam kelas 2. Salah satu siswa mencuci tangan sebelum masuk ke dalam lingkungan sekolah di SMP Negeri 1 Indralaya Ogan Ilir

Menurut model dalam penelitian tersebut, jika publik lambat tapi pada akhirnya mengubah perilaku, itu dapat mengurangi jumlah kasus. Akan tetapi hal itu tidak dapat menunda puncak kasus.

Jika pemerintah memberlakukan lockdown atau menutup negaranya lebih awal, tetapi tidak ada yang mengambil langkah-langkah perlindungan pribadi tambahan, ini akan menunda tetapi tidak mengurangi puncak dalam kasus.

Menurut studi ini intervensi tiga bulan akan menunda puncaknya dan paling lama tujuh bulan.

Baca juga: Simak Cara Penggunaan Masker yang Benar dan Kesalahan yang Sering Dilakukan

Lalu, jika jarak fisik atau physical distancing yang dipaksakan pemerintah dikombinasikan dengan kesadaran terhadap penyakit dan langkah perlindungan pribadi, maka ketinggian puncak kurva akan berkurang.

Bahkan setelah pemerintah mencabut perintah menjaga jarak fisik.

"Secara praktis, ini berarti bahwa SARS-CoV-2 tidak akan menyebabkan wabah besar di negara yang 90 persen populasinya mengadopsi cuci tangan," tulis peneliti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com