Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Twitter Hapus Lebih dari 170.000 Akun, Ada Kaitannya dengan Virus Corona dan China

Kompas.com - 12/06/2020, 18:30 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Twitter telah menghapus lebih dari 170.000 akun yang dikaitkan dengan kampanye pengaruh negara dari China yang berfokus pada protes Hong Kong, virus corona, dan protes di Amerika Serikat terkait dengan George Flyoid.

Dilansir dari The Guardian, pada Kamis (10/6/2020), perusahaan mengumumkan bahwa banyaknya akun tersebut terdiri dari 23.750 akun inti dan 150.000 akun pendukung yang mendorong konten yang diunggah akun utama.

Sementara dikutip dari Reuters, Twitter bersama dengan para peneliti yang menganalisis akun, mengatakan jaringan tersebut sebagian besar merupakan gema dari akun palsu tanpa daya tarik lebih jauh.

Baca juga: Ramai di Twitter, Ini 5 Tempat Wisata Favorit di Tawangmangu

Mayoritas bot

Sebagian besar akun (78,5 persen) tidak memiliki pengikut dan 95 persen memiliki kurang dari delapan pengikut. Tapi akun-akun tersebut memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi, meskipun tidak organik.

Hal itu menunjukkan ada penggunaan jaringan bot komersial, kata penelitian itu.

Sebanyak 156 tweet dari akun tanpa pengikut menerima lebih dari 50 like. Sementara, 26 tweet dari akun tanpa pengikut menerima lebih dari 10 retweet.

Salah satu taktik diamati peneliti, dalam akun yang dikeluarkan dari dataset adalah akun lama yang sah dan telah diretas atau dibeli. Kemudian, digunakan sebagai bagian dari kampanye.

Twitter bersama dengan perusahaan media sosial Amerika lainnya seperti Facebook dan Instagram, telah diblokir di China.

Memengarui persepsi

Para peneliti di Australian Strategic Policy Institute menemukan bahwa walaupun Twitter diblokir aksesnya di China, kampanye ini ditargetkan pada audiens berbahasa China di luar negeri, dengan maksud untuk mempengaruhi persepsi tentang isu-isu utama.

Para peneliti menganalisis 348.608 tweet pada Januari 2018 hingga April 2020. Ditemukan sebagian besar tweet diunggah selama jam kerja di China antara Senin hingga Jumat dan dikirim pada akhir pekan.

Baca juga: Pasien Covid-19 di RS Darurat Wisma Atlet Diuji Coba dengan Obat Herbal, Hasilnya 2 Bulan Lagi

Twitter mengatakan, jaringan China memiliki tautan ke operasi yang didukung negara sebelumnya yang dibongkar tahun lalu oleh Twitter, Facebook dan Google YouTube, yang telah mendorong narasi menyesatkan tentang dinamika politik di Hong Kong.

Operasi baru itu juga sangat berfokus pada Hong Kong, tapi juga mempromosikan pesan tentang pandemi corona, miliarder China yang diasingkan, Guo Wengui dan Taiwan, kata para peneliti.

Renee DiResta, di Stanford Internet Observatory mengatakan aktivitas jaringan meningkat pada akhir Januari, ketika wabah virus corona menyebar ke luar China dan melonjak pada bulan Maret.

Menurut para peneliti, akun-akun itu memuji tanggapan China terhadap virus tersebut, sementara juga menggunakan pandemi untuk memusuhi para aktivis Amerika Serikat dan Hong Kong. 

Peneliti open-source di Graphika dan Bellingcat sebelumnya telah menandai kemunculan kembali jaringan yang disebut Spamouflage Dragon, setelah jaringan itu tidak aktif mengikuti penghapusan perusahaan pada musim panas lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com