Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
David S Perdanakusuma
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Prof. Dr. David S Perdanakusuma, dr., SpBP-RE(K) adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia.

Corona, Perang Semesta Tak Kasat Mata

Kompas.com - 22/04/2020, 13:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAAT ini Indonesia dalam kondisi perang melawan Covid-19. Musuhnya tak berwujud namun menyerang secara menakutkan, menyakitkan, dan mematikan.

Hampir dua bulan sejak Indonesia mulai diketahui terserang oleh virus corona jenis baru, penyebaran virus telah terjadi di 34 provinsi dan 214 kota/kabupaten.

Virus ini telah menyebabkan lebih kurang 200 ribu orang terpapar sebagai orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Penderita yang terkonfirmasi positif telah mencapai lebih 7.000 kasus dengan kematian 8,6 persen.

Perang seperti apa sebenarnya yang dihadapi Indonesia terkait Covid-19?

Perang secara umum adalah pertarungan suatu pihak dengan pihak lawan untuk tujuan mencapai kemenangan menggunakan berbagai alat untuk saling mengalahkan.

Perang adalah sebuah aksi fisik dan non-fisik secara langsung maupun tidak antara dua atau lebih kelompok manusia dengan risiko kerugian dan dampak negatif. Akan terjadi perlukaan fisik maupun batin, bahkan kematian. Semua pihak umumnya tahu siapa lawannya.

Perbedaan perang zaman dulu dengan zaman modern adalah alat dan bahan yang digunakan. Kita mengenal alat peperangan batu, kayu, bambu, pisau, parang, pedang, pistol, senapan, tank, pesawat tempur, kapal selam, bom, gas beracun, kuman, teknologi informasi, dan lainnya. Semuanya menjadi alat yang sengaja digunakan untuk memenangkan peperangan.

Tidak dapat menyebar sendiri

Peperangan melawan Covid-19 bukan memperebutkan kemenangan. Penyerang membuat sakit banyak orang tanpa tujuan tertentu.

Musuh kita adalah suatu penyakit yang sebenarnya tidak dapat menyebar sendiri, tidak ada niat untuk menyebar, dan juga tidak ada unsur kesengajaan.

Musuh tersebut disebarkan oleh lawannya sendiri dalam hal ini manusia yang diserang. Situasi ini sangat meresahkan, karena sakit dan kematian disebabkan musuh yang tidak tampak, bahkan tidak punya motif untuk menyerang.

Musuh negara Indonesia sesungguhnya adalah ketidaktahuan, pengabaian, ketidakpatuhan, desakan kebutuhan hidup, sarana perlindungan diri dan pelayanan kesehatan yang belum memadai, dan belum adanya obat dan vaksin.

Serangan yang terjadi bisa tidak terduga, melalui orang dengan maupun tanpa gejala, terkait Covid-19 maupun tidak dengan Covid-19. Satu penularan memicu rantai penularan dan berakhir pada banyaknya orang terinfeksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com