KOMPAS.com - Sebuah pesan suara yang berisi informasi terkait obat anti-malaria chloroquine phosphate yang diklaim dapat menyembuhkan virus corona jenis baru atau penyakit Covid-19 beredar di Nigeria pada Senin (9/3/2020).
Diketahui sejak akhir Desember 2019, dunia tengah dilanda pandemi Covid-19 yang saat ini telah menginfeksi lebih dari 150 negara di dunia.
Setelah muncul pesan itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa narasi tersebut menyesatkan.
Baca juga: [HOAKS] Presiden Jokowi Terapkan Karantina Parsial
Dilansir dari AFP, dalam pesan suara WhatsApp yang beredar di Nigeria, terdengar seorang pria berbicara Bahasa Inggris dengan aksen Nigeria, menyampaikan ringkasan dari video Perancis yang ditontonya.
Ia mengklaim dokter Perancis dan China telah merilis obat untuk mengatasi virus corona.
Dan solusi tersebut merupakan chloroquine yang umum digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria dan demam di Afrika.
Selain itu, oknum juga menyebutkan, para dokter merekomendasikan untuk mengonsumsi 500 mg chloroquine phosphate selama delapan hari.
Tidak hanya penjelasan melalui pesan suara, informasi juga dilengkapi dengan foto sekotak tablet chloroquine phosphate.
Oknum itu juga mengungkapkan, chloroquine telah terbukti menjadi obat virus corona.
"Chloroquine mampu melawan dan mengalahkan virus corona. Bergegaslah ke apotek dan dapatkan chloroquine, karena tidak ada yang tahu kapan ada orang yang terkontaminasi virus corona," ujar oknum itu.
Ia menjelaskan, pengobatan harus delapan hari dengan mengonsumsi 500 mg chloroquine dan pasien akan sepenuhnya sembuh dari infeksi virus corona.
Baca juga: Update Virus Corona di Seluruh Dunia: Tembus 152 Negara, 80.840 Sembuh, 7.905 Meninggal
Menurut penjelasan dari AFP, chloroquine atau obat anti-malaria telah dilarang di Nigeria sejak 2005 setelah Badan Organisasi Dunia (WHO) memperingatkan kegagalan pengobatan yang tinggi dan resistensi obat di beberapa bagian negara.
Diketahui, penggunaan chloroquine masih digunakan di Afrika Selatan, tetapi tidak direkomendasikan sebagai pengobatan utama untuk malaria karena resistensi yang tinggi.
Kepala Perawatan Klinis dalam Program Keadaan Darurat WHO, Janet Diaz mengatakan, hingga saat ini belum ada bukti jika chloroquine efektif untuk mengobati virus corona.
"Untuk chloroquine, tidak ada bukti bahwa itu merupakan pengobatan yang efektif untuk saat ini," ujar Diaz dalam sebuah konferensi pers pada 20 Februari 2020.