Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Sikap Trump yang Akhirnya Pilih Menarik Diri dari Peluang Perang dengan Iran...

Kompas.com - 09/01/2020, 19:37 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kematian Jenderal sekaligus pemimpin Pasukan al-Quds Iran Qasem Soleimani membuat situasi di Timur Tengah memanas.

Qasem tewas dalam serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat di Bandara Baghdad, Irak, pekan lalu.

Pasca-serangan itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan akan menuntut balas kematian Soleimani.

Beberapa jam setelah pemakaman Soleimani pada Rabu (8/1/2020), Garda Revolusi Iran menghujani markas militer AS di Irak dengan puluhan rudal.

Menurut pemimpin Iran tersebut, serangan tersebut merupakan balasan dari kematian Soleimani dan mengancam akan melancarkan serangan lebih mematikan jika AS membalas.

Merespons ancaman Iran ini, Presiden AS Donald Trump mengatakan, AS menarik diri dari peluang perang dengan Iran.

Hal itu dikatakannya dalam jumpa pers, Rabu (8/1/2020) pagi di Gedung Putih.

Baca juga: Jatuhnya Boeing 737 Ukraina, Iran Tak Akan Serahkan Kotak Hitam Pesawat ke Pabrikan dan AS

Menanggapi sikap Trump tersebut, Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Mutiah Setiawati menilai, sikap itu diambil Trump karena ada risiko besar yang harus ditanggung jika AS melawan balik Iran.

Risikonya, perang regional yang tak akan pernah habisnya, seperti yang terjadi di Suriah.

Menurutn Mutiah, AS juga memiliki pengalaman warga negaranya yang terancam di seluruh dunia.

"Sekali lagi AS itu punya pengalaman terancamnya warga negaranya di seluruh dunia. Itu yg mereka takuti," kata Mutiah, yang biasa disapa Titik, kepada Kompas.com, Kamis (9/1/2020).

Ancaman-ancaman terhadap warganya di berbagai belahan dunia, kata Titik, tidak bisa diduga oleh AS, meski negara itu memiliki peralatan militer canggih.

Oleh karena itu, setelah serangan AS yang menewaskan Qasem, Kedutaan AS di negara-negara Timur Tengah mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak.

"Karena sel-sel kecil ini banyak. Sekarang kalau tuduhan AS itu benar bahwa Iran mendukung Hezbollah, Hezbollah ada di mana-mana lho. Ini yang mereka tidak bisa duga," kata Titik.

Baca juga: Mengapa Trump Nekat Pancing Iran melalui Serangan yang Tewaskan Qasem Soleimani?

Ia menyebutkan, deklarasi Iran beberapa waktu lalu bahwa mereka tak lagi menaati kesepakatan nuklir 2015 juga menjadi ancaman serius bagi AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com