KOMPAS.com - Museum Pos Indonesia terletak di sayap kanan Gedung Sate, yang beralamat di Jalan Cilaki Nomor 73, Kota Bandung, Jawa Barat.
Museum ini tidak hanya menampilkan informasi-informasi mengenai perkembangan pos di Indonesia sejak zaman dulu, tetapi juga menyimpan sejarah yang menarik untuk digali.
Lantas, apa saja yang ada di Museum Pos Bandung dan bagaimana sejarah berdirinya?
Baca juga: Sejarah Museum Tsunami Aceh, Dirancang oleh Ridwan Kamil
Melansir posindonesia.co.id, Museum Pos Indonesia didirikan sejak masa penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1931.
Bangunan museum didesain oleh arsitek bernama J Berger dan Leutdsgebouwdienst.
Mulanya, museum yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda itu dinamai Museum PTT (Pos Telegraf dan Telepon).
Koleksi PTT terdiri dari prangko-prangko dari dalam negeri, maupun luar negeri.
Pada masa Perang Dunia II, tepatnya saat Indonesia jatuh ke tangan Jepang, PTT menjadi tidak terurus, bahkan nyaris terbengkalai.
Setelah Indonesia merdeka, barulah timbul gagasan untuk mendirikan museum pos dan giro.
Museum tersebut akan diisi dengan koleksi berupa prangko-prangko dan beragam foto serta peralatan pos yang memiliki nilai sejarah.
Untuk mewujudkan gagasan itu, pada 18 Desember 1980, Direksi Perum Pos dan Giro membentuk Panitia Persiapan Pendirian Museum Pos dan Giro.
Panitia ini bertugas melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan perkembangan pos di Indonesia dan layak dijadikan koleksi museum.
Baca juga: Sejarah Museum Lambung Mangkurat dan Koleksinya
Satu tahun kemudian, yakni pada 27 September 1983, Museum Pos dan Giro diresmikan oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Achmad Tahir.
Acara peresmian museum bertepatan dengan Hari Bakti Postel ke-38.