Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Historis Konflik dan Realitas Pengungsian Rohingya

Kompas.com - 12/12/2023, 14:07 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada Agustus 2017, tindakan kekerasan oleh tentara Myanmar terhadap masyarakat Muslim Rohingya telah menyebabkan ratusan ribu orang melarikan diri ke Bangladesh.

Mereka rela menghadapi segala risiko untuk melarikan diri, baik melalui laut maupun berjalan kaki, demi menghindari serangan militer.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti isu tersebut dan mengatakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh tentara Myanmar kepada orang Rohingya sebagai "contoh klasik pembersihan etnis".

Pada Januari 2020, pengadilan tertinggi PBB memerintahkan pemerintah Myanmar untuk mengambil langkah-langkah guna melindungi anggota komunitas Rohingya dari tindak genosida.

Namun, tentara Myanmar (sebelumnya Burma) bersikeras bahwa mereka sedang melawan militan Rohingya dan membantah menargetkan warga sipil di negaranya.

Pemimpin negara tersebut, Aung San Suu Kyi, yang dulunya dianggap sebagai ikon hak asasi manusia, secara berulang kali telah menolak tuduhan genosida yang terjadi pada orang Rohingya.

Baca juga: Soal Pengungsi Rohingya, Menkumham: Mereka Korban Mafia

Siapa orang Rohingya?

Rohingya merupakan salah satu kelompok etnis minoritas di Myanmar. Pada awal 2017, jumlah masyarakat Rohingya sekitar satu juta orang dan mereka merupakan salah satu kelompok etnis minoritas di Myanmar.

Orang Rohingya merupakan kelompok Muslim terbesar di Myanmar, dengan sebagian besar tinggal di negara bagian Rakhine.

Mereka memiliki bahasa dan budaya sendiri serta mengklaim sebagai keturunan pedagang Arab dan kelompok lain yang telah berada di wilayah tersebut selama beberapa generasi.

Namun, pemerintah Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, menolak memberikan kewarganegaraan kepada Rohingya.

Bahkan, pemerintah Myanmar mengesampingkan orang Rohingya dari sensus tahun 2014 untuk menolak mengakui mereka sebagai suatu kelompok.

Pemerintah Myanmar memandang mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.

Sejak tahun 1970-an, Rohingya telah bermigrasi dalam jumlah signifikan di seluruh wilayah. Estimasi jumlah mereka sering kali jauh lebih tinggi daripada angka resmi.

Dalam beberapa tahun terakhir, ribuan orang Rohingya mengungsi keluar dari Myanmar untuk menghindari kekerasan komunal atau dugaan penyalahgunaan kekuasaan oleh pasukan keamanan.

Asal-usul Rohingya

Sejarah mencatat bahwa umat Muslim telah tinggal di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Myanmar sejak abad ke-12.

Selama pemerintahan Inggris, lebih dari 100 tahun (1824-1948), banyak pekerja bermigrasi dari India dan Bangladesh ke wilayah yang sekarang disebut Myanmar.

Hal ini terjadi karena Inggris mengelola Myanmar sebagai bagian dari India sehingga migrasi tersebut dianggap sebagai migrasi internal, seperti yang dijelaskan oleh Human Rights Watch (HRW).

Migrasi pekerja ini dianggap negatif oleh sebagian besar penduduk asli.

Setelah kemerdekaan, pemerintah Myanmar juga melihat migrasi yang terjadi selama pemerintahan Inggris tersebut sebagai migrasi ilegal.

Berdasarkan pandangan ini, pemerintah menolak memberikan kewarganegaraan kepada sebagian besar orang Rohingya, sebagaimana dijelaskan dalam laporan HRW tahun 2000.

Hal ini juga memicu pandangan negatif dari sebagian masyarakat Buddha yang menganggap Rohingya sebagai orang Bengali.

Masyarakat Myanmar menolak istilah Rohingya dan menganggapnya sebagai pembentukan baru yang diciptakan untuk kepentingan politik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com