Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Krisis Rohingya bagi Bangladesh

Kompas.com - 20/09/2021, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski PBB dan ASEAN telah turun tangan, hingga saat ini krisis Rohingya belum juga terselesaikan.

Etnis Rohingya adalah penduduk minoritas Islam yang menempati kawasan Barat Laut Myanmar.

Apabila dirunut, perlakuan diskriminatif pemerintahan Myanmar terhadap etnis ini mulai muncul pada sekitar 1960-an.

Diskriminasi tersebut tidak hanya dilatarbelakangi oleh sentimen agama, tetapi juga kepentingan politik dan ekonomi.

Puncaknya terjadi pada 2017, saat militer Myanmar melakukan upaya pembersihan etnis Rohingnya dan mengusir paksa mereka dari provinsi Rakhine.

Setelah itu, etnis Rohingnya mengungsi ke berbagai negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan, salah satunya Bangladesh.

Hingga akhir 2019, tercatat sekitar satu juta pengungsi Rohingnya telah berada di Bangladesh, yang sebagian besar terkonsentrasi di kamp-kamp sempit Cox's Bazar.

Kedatangan pengungsi dalam jumlah yang sangat besar ini tentu saja membawa dampak serius bagi Bangladesh.

Berikut ini dampak krisis Rohingya bagi Bangladesh pada berbagai bidang.

Bidang politik

Ketika militer Myanmar melakukan upaya pembersihan etnis Rohingya pada akhir Agustus 2017, Bangladesh pada awalnya enggan membuka perbatasannya.

Akan tetapi, karena desakan dari pihak internasional, Perdana Menteri Sheikh Hasina pun mengalah dan membuka perbatasannya agar etnis Rohingnya dapat mengungsi ke negaranya.

Di sisi lain, Bangladesh belum mampu mengatur dukungan diplomatik internasional yang diperlukan untuk mengakhiri kasus Rohingya.

Hasina sempat mengupayakan pemulangan etnis Rohingya dengan mengadakan diskusi bersama pemerintah Myanmar.

Namun, upaya pemulangan etnis Rohingnya selalu saja menemui jalan buntu.

Baca juga: Krisis Rohingya di Myanmar

Bidang keamanan

Kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang serangannya memicu insiden pada 2017 lalu, bersikeras melanjutkan kampanye untuk memberontak pemerintah Myanmar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com