Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membongkar Misteri di Balik Kematian Alexander Agung

Kompas.com - 13/10/2023, 19:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika Alexander Agung meninggal di Babilonia pada 323 SM, tubuhnya tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukan selama enam hari penuh.

Bagi orang Yunani kuno, ini mengonfirmasi keyakinan bahwa Alexander Agung bukanlah manusia biasa, melainkan seorang dewa.

Pada usia 32 tahun, Alexander Agung telah berhasil menaklukkan sebuah kekaisaran yang meluas dari wilayah Balkan hingga Pakistan modern.

Akan tetapi, saat berada di ambang invasi baru, kesehatannya menurun dan akhirnya meninggal setelah menderita sakit selama 12 hari.

Sejak saat itu, para sejarawan telah berspekulasi mengenai penyebab pasti kematian Alexander Agung dengan mengajukan berbagai hipotesis, termasuk malaria, tifoid, keracunan alkohol, hingga dugaan pembunuhan oleh salah satu pesaingnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Alexander Agung Wafat

Teori tentang penyebab kematian Alexander Agung

Salah satu teori menyatakan bahwa Alexander Agung mungkin menderita Sindrom Guillain-Barré (GBS), suatu gangguan neurologis yang diduga menjadi penyebab kematiannya.

Seorang praktisi klinis, Dr. Katherine Hall, mengemukakan dalam sebuah artikel yang diterbitkan di The Ancient History Bulletin pada 2018, bahwa Alexander mungkin menderita Sindrom Guillain-Barré (GBS).

Dia juga berpendapat bahwa orang mungkin tidak melihat tanda-tanda langsung pembusukan pada tubuhnya dengan satu alasan sederhana karena Alexander belum benar-benar meninggal.

Hall menambahkan bahwa kebanyakan teori lain mengenai penyebab kematian Alexander hanya memfokuskan pada demam dan rasa sakit perut sangat menyakitkan yang dialaminya beberapa hari sebelum meninggal.

Dia menjelaskan bahwa Alexander juga mengalami "paralisis progresif, simetris, naik" selama sakitnya.

Meskipun sedang sakit, Alexander tetap memiliki kendali sepenuhnya atas pikirannya hingga saat-saat menjelang kematiannya.

Sindrom Guillain-Barré (GBS) merupakan suatu gangguan autoimun langka, tetapi serius yang membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam sistem saraf.

Hall menjelaskan kombinasi gejala ini lebih mungkin menjadi penyebab kematian Alexander daripada teori-teori lain yang diajukan.

Dia meyakini bahwa Alexander Agung mungkin terinfeksi gangguan ini melalui infeksi Campylobacter pylori, bakteri umum pada zaman itu.

Menurut Hall, Alexander Agung kemungkinan besar mendapat varian GBS yang menyebabkan paralisis tanpa menyebabkan kebingungan atau kehilangan kesadaran.

Baca juga: Apakah Alexander Agung Memiliki Anak?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com