KOMPAS.com - Devide et Impera adalah politik pecah belah atau adu domba yang diterapkan oleh penjajah Belanda di Indonesia.
Strategi politik devide et impera ini dipopulerkan oleh Julius Caesar dalam upaya untuk membangun Kekaisaran Romawi.
Lalu, setelah Belanda datang ke Indonesia, mereka mempraktikkan politik devide et impera dengan tujuan memecah belah sebuah kelompok menjadi lebih kecil sehingga lebih mudah untuk ditaklukkan.
Secara harfiah, devide et impera artinya adalah pecah dan berkuasa.
Baca juga: Devide et Impera: Asal-usul dan Upaya-upayanya di Nusantara
Politik Devide et Impera adalah politik pecah belah yang diterapkan oleh Belanda, tepatnya oleh VOC selama berada di Indonesia.
VOC (Kongsi Dagang Hindia Belanda) dibentuk pada 20 Maret 1602. Orientasi VOC adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menaklukkan berbagai kerajaan di Nusantara.
Selain itu, VOC juga berusaha menguasai jalur perdagangan sekaligus memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, VOC menerapkan strategi politik adu domba atau devide et impera.
Ketika Belanda pertama kali datang ke Indonesia, jumlah mereka masih sangat kecil dan hanya mampu menguasai beberapa pos dagang dan benteng di Ambon dan kemudian Batavia (Jakarta).
Guna memperluas wilayah kekuasaannya, VOC menerapkan politik devide et impera.
Baca juga: Tujuan Penerapan Politik Devide et Impera
Politik devide et impera dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
Biasanya, langkah awal yang dilakukan VOC dalam menerapkan politik devide et impera adalah dengan make friends and create common enemy.
Artinya, VOC berperan sebagai teman dan menciptakan musuh bersama.
Make friends terjadi ketika seseorang memiliki persamaan ras, etnis, visi, pemikiran, ideologi, dan agama.
Apabila tidak ada kesamaan, maka harus dibuat sama terlebih dahulu.