Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Nurtanio, Pahlawan Dirgantara

Kompas.com - 09/11/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETIAP tanggal 10 November kita merayakan Hari Pahlawan. Salah satu pahlawan yang patut menerima penghargaan di bidang kedirgantaraan adalah Laksamana Muda Udara Anumerta Nurtanio Pringgoadisurjo.

Nurtanio meninggal dunia pada 21 Maret 1966. Almarhum Nurtanio adalah putra ketiga dari pasangan Noegroho Pringgoadisurjo dan Luwijah. Beliau lahir pada 3 Desember 1923 di Desa Kandangan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pendidikan yang pernah ditempuhnya antara lain adalah di Far Eastern Air Transport Incorporated (FEATI) Manila, tahun 1950.

Baca juga: Apa Kabar Pesawat Buatan Indonesia N219 Nurtanio? Ini Update-nya

Nurtanio dikenal sebagai perintis industri pesawat terbang di Indonesia. Di saat belum ada seorang pun yang mempunyai pemikiran untuk mengembangkan suatu industri pesawat terbang di negeri ini, Nurtanio dan kawan-kawan telah berkarya menghasilkan pesawat terbang buatan sendiri, yang dimulai dari sesuatu yang nol besar alias tidak ada apa-apa.

Profesionalitas

Salah satu rancangan Nurtanio yang telah berhasil mengudara adalah pesawat Si Kumbang- 01 yang diberi nomor registrasi NU-200. Pesawat single seater ini dilengkapi dengan senjata otomatis untuk menembak air to ground atau dari udara ke darat.

Yang sangat membanggakan adalah, walaupun masih dalam bentuknya yang sangat sederhana, Si Kumbang-01 ini sudah dapat digolongkan sebagai prototipe dari pesawat terbang jenis counter insurgency seperti apa yang tertera dalam buku Jane’s of all the Worlds Aircraft.

Selain tercantum dalam buku Jane’s, pesawat Si Kumbang- 01 juga tertera dalam majalah Aviation di Amerika Serikat (AS), majalah Flight terbitan Inggris, serta majalah penerbangan di Jepang dan Filipina.

Pesawat NU - 200, inisial NU berasal dari nama perancang dan pembuatnya, yaitu Nurtanio, sedangkan angka 200 mewakili mesin yang terpasang di pesawat, yaitu sebuah mesin yang bertenaga sebesar 200 horse power (hp).

Test flight pertama dari pesawat Si Kumbang-01 ini dilakukan pada 1 Agustus 1954, di hari minggu yang cerah di atas Lanud Husein Sastranegara. Penerbangan uji coba itu dilakukan oleh Captain Powers, seorang test pilot berkebangsaan AS yang pada saat itu tengah bekerja untuk AURI.

Selesai penerbangan uji coba yang berlangsung selama 15 menit tersebut, Captain Powers cukup puas dengan pesawat rancangan Nurtanio.

Keberhasilan yang luar biasa ini tentunya bukanlah sekadar buah dari hobi seseorang belaka. Si Kumbang- 01 muncul dari hasil kerja keras yang tidak mengenal lelah dan dedikasi yang tanpa pamrih dari seorang profesional beserta 15 orang anggota timnya yang bekerja di satu bengkel kecil percobaan yang sangat sederhana. Data teknis dari Si Kumbang- 01 adalah sebagai berikut:

Pesawat Si Kumbang dirancang memiliki kemampuan terbang dengan stalling speed 55 mil per jam (mph) dengan kecepatan jelajah rata-rata 140 mph. Kecepatan maksimum dapat mencapai 165 mph, sementara kecepatan menanjak dapat mencapai 1.000 kaki per menit.

Baca juga: Nurtanio, Wake Up Call dari Presiden Jokowi

Di tahun 1955, pada bulan Februari, cikal bakal sebuah “pesawat terbang tempur antigerilya” buatan Indonesia Si Kumbang-01 diterbangkan ke Kemayoran, Jakarta, dari pabriknya di Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Di Kemayoran, Si Kumbang dipamerkan secara terbuka kepada khalayak ramai.

Tidak hanya dipamerkan secara statis di darat, Si Kumbang- 01 juga unjuk kebolehan dengan terbang di atas Kemayoran dan sekitarnya. Tentu saja banyak sekali warga Jakarta, anak-anak muda, pelajar, dan mahasiswa yang turut serta menyaksikannya dengan penuh kebanggaan.

Betapa tidak bangga, saat diketahui bahwa pesawat Si Kumbang-01 adalah sebuah pesawat terbang hasil produksi dari putra bangsa sendiri. Bisa dibayangkan, hal tersebut terjadi pada awal dari tahun 1955, yang berarti belum genap 10 tahun Indonesia merdeka.

Patriotisme

Suatu prestasi yang sangat luar biasa tentunya. Prestasi sebagai refleksi dari jiwa patriotisme anak bangsa yang sangat peduli dengan negaranya di bidang industri strategis kedirgantraan.

Dari Lanud Husein Sastranegara, dari pojok hanggar yang sudah butut peninggalan Jepang, ketiadaan bantuan dana pemerintah ternyata tidak dapat menghalangi kemauan keras putra Indonesia anggota Angkatan Udara untuk mempersembahkan prestasi besar bagi negeri ini.

Semua itu memungkinkan sekali untuk diraih karena Nurtanio dan teman-teman, selain memiliki kemampuan dan kemauan yang keras, sejatinya berkarya tanpa pamrih berlandas kecintaan yang besar terhadap negeri ini. Nurtanio berkarya, jauh dari sekadar mencari nama dan atau popularitas.

Kini, setelah lebih dari 77 tahun merdeka, kita tidak menyaksikan lagi karya anak bangsa dengan merek dagang Nurtanio di bidang industri penerbangan. Nama Nurtanio telah lenyap berganti dengan Industri Pesawat Terbang Nusantara dan kemudian berganti lagi menjadi PTDI.

Nama besar Nurtanio mungkin saja akan sirna dan tenggelam sebagai tokoh perintis pembuat pesawat terbang nasional, tetapi jiwa patriot dan keteladanan Nurtanio sebagai perwira yang lebih mementingkan kerja dan tidak banyak omong akan terus hadir memberikan semangat kepada seluruh generasi muda Angkatan Udara dan bahkan generasi muda bangsa, sebagai Pahlawan Dirgantara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com