DI dalam buku Mein Kampf (1943), Adolf Hitler menyinggung nama Dr Leopold Pötsch (1853-1942). Pötsch adalah guru sejarah Hitler di Realschule (setingkat SMA).
Hitler sebenarnya adalah murid yang gagal. Tahun 1900, Hitler masuk ke Realschule di Linz. Tahun 1904, Hitler berpindah sekolah ke Realschule di Styr karena nilai pelajaran Bahasa Prancis yang tidak mencukupi.
Ternyata, perpindahan sekolah tidak berpengaruh terhadap pencapaian akademik Hitler. Hitler mendapatkan nilai yang tidak mencukupi untuk Matematika, Bahasa Jerman, dan Stenografi di sekolahnya yang baru. Tahun 1905, Hitler berhenti sekolah.
Baca juga: Mengapa Hitler Menolak Melunasi Utang Jerman ke Negara Sukutu?
Di Realschule Linz, Hitler bertemu dengan Dr Leopold Pötsch. Kemampuan dan cara mengajar Dr Pötsch membuat Hitler tertarik dengan mata pelajaran sejarah.
Sejarah lalu menjadi mata pelajaran favorit Hitler. Dalam Mein Kampf (1943), Hitler menggambarkan Dr Potsch dengan mengatakan"… dengan kepandaiannya berbicara, dia benar-benar tidak hanya pintar menarik perhatian kita, tetapi juga menularkan inspirasi yang luar biasa."
Kedahsyatan retorika Dr Pötsch diceritakan Hitler sebagai berikut, "Kita duduk di sana, acap kali diliputi semangat yang menyala-nyala, bahkan beberapa terharu sampai meneteskan air mata.“
Sayang sekali, kekaguman Hitler terhadap mata pelajaran sejarah tidak dapat menolongnya dari kegagalan di bangku sekolah. Pangkal kegagalan sekolah Hitler adalah konflik dengan bapaknya, Alois Hitler, sebagaimana pengakuan Hitler dalam Mein Kampf.
Hitler memang tidak memiliki hubungan yang baik dengan bapaknya. Apa yang menjadi pangkal persoalan?
Alois Hitler menginginkan Hitler menjadi seorang petugas pajak. Hitler sendiri berkeinginan menjadi seorang pelukis. Hitler hanya mengikuti dengan serius mata pelajaran yang berkaitan dengan cita-citanya tersebut. Untuk mata pelajaran yang dianggap tidak relevan dengan cita-citanya tersebut, dia mengambil sikap acuh tak acuh.
Menurut pengakuannya di dalam Mein Kampf, Hitler mendapat nilai tertinggi di dalam mata pelajaran sejarah dan geografi.
Perhitungan penilain adalah lobenswert (sangat baik), gut (baik), genugend (cukup), nicht genugend (tidak cukup). Untuk mata pelajaran yang tidak disukai, Hitler mendapat nilai nicht genugend, yang artinya tidak lulus.
Hitler tidak mengatakan dengan jujur sebenarnya berkaitan dengan nilai sejarah dan geografi. Hitler sebenarnya hanya mendapat nilai genugend (cukup) untuk kedua mata pelajaran tersebut, tulis Frank Jetzinger dalam Hitlers Jugend: Phantasien, Lügen und die Wahrheit (1956).
Mengapa Hitler tidak mengatakan yang sejujurnya? Mein Kampf tidak semata-mata sebuah otobiografi, tetapi juga propaganda ideologi. Propaganda rentan dengan ketidaktepatan informasi dan bahkan manipulasi.
Baca juga: Membaca Mein Kampf, Buku Karya Adolf Hitler
Motif tersembunyi di balik kebohongannya tersebut adalah pencitraan dirinya sebagai seorang yang revolusioner dengan gagasan Pan-Germanisme. Hitler ingin menunjukkan dirinya adalah seorang penganut Pan-Germanisme sejak berada di bangku sekolah.
Apakah Hitler benar-benar menggemari pelajaran sejarah ketika berada di bangku sekolah? Pertanyaan ini cukup menarik untuk diselidiki.