JAKARTA, KOMPAS.com - Tembikar atau gerabah adalah produk peralatan dapur berbahan dasar tanah liat atau lempung.
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, tembikar atau gerabah menjadi kelaziman.
Pasalnya, nyaris di setiap kelompok peralatan rumah tangga masyarakat Indonesia, tembikar atau gerabah selalu ada.
Sumber tulisan dari The Concise Colombia Encyclopedia edisi 1995 menyebut bahwa keberadaan gerabah ada saat manusia sudah mengenal bercocok tanam.
Baca juga: Tempat Pembuatan Tembikar Romawi Kuno Ditemukan Arkeolog di Mesir
Sementara itu, dalam sebuah teori yang disebut teori keranjang, sebelum masa mesolitikum, manusia memanfaatkan keranjang sebagai wadah penyimpanan.
Pembuatan gerabah dianggap sebagai keajaiban teknologi, pada masa itu.
Pasalnya, masyarakat menempatkan wadah tanah liat yang lembek langsung ke perapian.
Alih-alih rusak dimakan api, wadah tanah liat lembek itu justru menjadi keras.
Alhasil, wadah tanah liat yang keras itu justru bisa dimanfaatkan sebagai peralatan hidup.
Tulisan tentang gerabah pada laman gramedia.com, dari Grup Kompas Gramedia (KG) menunjukkan bahwa nama lain gerabah adalah tembikar.
Masyarakat Jawa sampai sekarang tetap menyamakan antara gerabah dan tembikar.
Tahun 4000 Sebelum Masehi tercatat sebagai tahun asal-muasal tembikar atau gerabah.
Pada tahun itu, kebudayaan China menampakkan gerabah atau tembikar menjadi perkakas rumah tangga.
Tak cuma itu, tembikar atau gerabah juga menjadi peralatan membangun rumah mulai dari batu bata hingga genteng.