Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Energi Hijau, Sejarah Tanpa Merusak Lingkungan

Kompas.com - 24/10/2022, 17:00 WIB
Josephus Primus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Energi hijau makin mengemuka di dunia sebagai jawaban bagi perkembangan industri tanpa merusak lingkungan.

Sumber energi hijau adalah bahan yang aman dan tidak menimbulkan akibat negatif atau meminimalisasikan kerusakan lingkungan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak awal abad 21 sudah mencanangkan mengenai energi hijau.

Baca juga: Spesifikasi 3 Motor Listrik Charged Indonesia

Revlousi Industri sampai dengan generasi keempat, saat ini, menjadi inspirasi pentingnya industri hijau untuk keselamatan Bumi dari berbagai pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Motor listrik Alva One di Alva Experience Center, JakartaJanlika Putri/ Kompas.com Motor listrik Alva One di Alva Experience Center, Jakarta

Terkini, PBB mengajak pihak swasta melakukan investasi energi hijau sebagai lanjutan dari keputusan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Paris pada 2021.

Baca juga: Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair Saksikan Inovasi Energi Hijau di Bali

Energi hijau

Terancamnya hutan mangrove di Balikpapan akibat pembangunan smelter nikel di wilayah Kawasan Industri Kariangau (KIK)KOMPAS.COM/Ahmad Riyadi Terancamnya hutan mangrove di Balikpapan akibat pembangunan smelter nikel di wilayah Kawasan Industri Kariangau (KIK)

Sumber bacaan pada tulisan di laman Kompas.com pada 13 Oktober 2022 menyebut Indonesia akan merealisasikan Emisi Nol (NZE) pada 2060.

Lantas, tulisan di laman Kompas.com pada 7 Juli 2022 juga mengingatkan kembali agar pencapaian energi NZE menjadi energi hijau wajib meminimalisasikan risiko kerusakan lingkungan.

Selanjutnya, laman esdm.go.id tentang energi baru dan terbarukan (EBT) memberikan informasi mengenai jenis-jenis energi hijau.

Kapal tongkang muat biji nikel karam alami miring di perairan laut Batu Gong kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, akibatnya muatan tumpahan dan membuat air laut jadi merah. (Foto Istimewa)KOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI Kapal tongkang muat biji nikel karam alami miring di perairan laut Batu Gong kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, akibatnya muatan tumpahan dan membuat air laut jadi merah. (Foto Istimewa)

Beberapa di antaranya adalah energi dari tenaga matahari, tenaga angin, dan baterai listrik.

Baterai untuk kendaraan listrik berasal dari bahan tambang nikel.

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil nikel besar di dunia.

Tercatat, khususnya di Sulawesi, ada empat pertambangan nikel.

Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, Selasa (28/12/2021). Peresmian itu dilakukan sembari Jokowi naik perahu naga di bendungan tersebut, yang kehadirannya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dalam rangka mendukung kemandirian, kedaulatan, dan ketahanan pangan.SETPRES/AGUS SUPARTO Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, Selasa (28/12/2021). Peresmian itu dilakukan sembari Jokowi naik perahu naga di bendungan tersebut, yang kehadirannya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dalam rangka mendukung kemandirian, kedaulatan, dan ketahanan pangan.

Pertama di Luwu, Sulawesi Selatan.

Kedua di Soroako, Sulawesi Selatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com