Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Pipisan, Alat Penumbuk dari Zaman Purba

Kompas.com - 23/08/2022, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Batu pipisan merupakan salah satu benda peninggalan zaman Mesolitikum yang terbuat dari batu.

Penampilan batu pipisan menyerupai batu pelandas yang relatif datar dengan bentuk persegi panjang, dan biasanya mempunyai kaki.

Batu pipisan umumnya ditemukan bersama dengan disertai batu giling berbentuk silinder atau sering disebut gandik.

Meski bentuknya berbeda, fungsi batu pipisan dan gandik serupa dengan cobek dan ulekan di masa sekarang, yaitu untuk menghaluskan atau menumbuk makanan.

Baca juga: Zaman Mesolitikum: Peninggalan, Manusia Pendukung, dan Ciri-ciri

Fungsi batu pipisan

Fungsi dari batu pipisan yang berasal dari zaman Mesolitikum adalah untuk menumbuk makanan, ramuan obat-obatan dari tumbuhan, serta menghaluskan cat merah (oker) yang berasal dari tanah merah.

Mengenai fungsi dari pemakaian cat merah tidak diketahui pasti, tetapi diduga kuat untuk keperluan keagamaan.

Penggunaan batu pipisan menjadi tanda bahwa pada zaman Mesolitikum, manusia purba telah melumat makanan dan membuat ramuan atau jamu dari tumbuh-tumbuhan.

Penggunaan alat batu ini adalah dengan menempatkan bahan yang hendak dihaluskan pada batu pipisan, kemudian digiling menggunakan batu giling secara horizontal.

Baca juga: Zaman Mesolitikum Akhir: Kehidupan Sosial, Kepercayaan, dan Peralatan


Penemuan batu pipisan

Batu pipisan banyak ditemukan di situs-situs di Jawa Tengah. Salah satu penemu batu pipisan adalah Stein Callenfels, yang melakukan penelitian di Jawa Timur dan Pulau Sumatera.

Penelitian Stein Callenfels di Gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, pada 1928-1931, menemukan batu pipisan dalam jumlah banyak.

Jumlah batu pipisan di situs tersebut mencapai 79 buah, yang tersebar di dalam seluruh lapisan.

Batu pipisan itu diperkirakan digunakan untuk menghaluskan atau menumbuk biji-bijian.

Selain itu, sebagian ada yang mengandung bekas-bekas cat berwarna merah.

Stein Callenfels juga melakukan penelitian di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera.

Di antara tumpukan sampah dapur (kjokkenmoddinger) yang diteliti, ditemukan batu pipisan untuk menghaluskan cat merah yang diduga digunakan untuk upacara keagamaan.

Baca juga: Kjokkenmoddinger: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com