Sedangkan dari Situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ditemukan batu pipisan tanpa kaki yang berasal dari zaman Megalitikum.
Berbeda dengan penemuan batu pipisan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang biasanya mempunyai kaki.
Peneliti menyimpulkan bahwa batu pipisan di situs tersebut tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi khusus untuk upacara tertentu.
Penggunaan batu pipisan diperkirakan bermula dari zaman Mesolitikum hingga masa-masa selanjutnya, bahkan terus digunakan oleh masyarakat hingga kini dengan bentuk yang beragam.
Setelah masa prasejarah, batu pipisan digunakan oleh masyarakat dari zaman kuno.
Salah satu buktinya terdapat pada relief di Candi Borobudur, yang menggambarkan orang sedang meramu jamu menggunakan batu pipisan dan gandik.
Baca juga: Kapak Corong: Fungsi, Jenis, dan Persebaran
Pada 1985, batu pipisan dari batu andesit ditemukan di Desa Koto Kandis, Jambi.
Pada batu pipisan itu terdapat tulisan yang berbahasa dan aksara Jawa Kuno, yang diperkirakan berasal dari abad ke-8.
Dalam perkembangannya, muncul kepercayaan tertentu dari para pengguna batu pipisan.
Konon, jika seseorang mematahkan batu pipisan pada waktu digunakan, maka orang tersebut akan mendapatkan sial atau ketidakberuntungan. Untuk menghilangkan hal tersebut, harus diadakan selamatan.
Referensi: