KOMPAS.com - Konstantinopel adalah sebutan lama untuk Kota Istanbul di Turki.
Kota yang telah eksis sejak abad ke-7 SM ini menyimpan sejarah kedigdayaan beberapa bangsa.
Hal ini karena wilayahnya kerap diperebutkan oleh banyak bangsa, meski hanya sebagian kecil yang berhasil menguasainya.
Lantas, mengapa Konstantinopel diperebutkan?
Baca juga: Muhammad Al Fatih, Sultan Ottoman Penakluk Konstantinopel
Salah satu keistimewaan Kota Konstantinopel adalah wilayahnya masuk dalam benua Asia dan Eropa.
Kondisi itu membuat lokasinya sangat strategis, karena berada di persimpangan rute perdagangan darat antara Asia dan Eropa.
Konstantinopel juga terletak di ujung semenanjung berbentuk segitiga, sehingga secara alami wilayahnya dikelilingi oleh perairan di ketiga sisinya.
Alhasil, kota ini memiliki akses langsung melalui laut ke Afrika, Mediterania, dan Laut Hitam.
Berkat letak geografisnya, Konstantinopel terbukti berperan penting bagi orang-orang Yunani dan Romawi, yang membangun kota ini sejak abad ke-7 SM.
Saat itu, Konstantinopel masih bernama Byzantium. Namanya baru diubah menjadi Konstantinopel setelah ditetapkan sebagai ibu kota kekaisaran oleh Kaisar Romawi Konstantinus Agung pada tahun 330.
Kaisar Konstantin juga membangun ibu kota baru di Konstantinopel karena memahami lokasinya yang strategis dan memiliki keunggulan.
Baca juga: Septimius Severus, Kaisar Romawi Pertama dari Afrika
Posisi kota yang dikelilingi perairan pada tiga sisinya akan membuatnya lebih mudah dipertahankan dari musuh.
Selain itu, pelabuhannya juga memiliki akses ke dua sungai besar, yakni Sungai Danube dan Eufrat.
Sejak tahun 330 hingga 1.100 tahun kemudian, Konstantinopel menjadi ibu kota dari Kekaisaran Byzantium atau Romawi Timur.
Selama itu, Konstantinopel berkembang menjadi kota pelabuhan yang mempertemukan para pedagang dari empat penjuru dunia.